Buleleng, 17/6 (Atnews) - Buleleng sebagai daerah kunjungan wisata yang terkenal dengan wisata Lumba - lumbanya lambat laun dikhawatirkan akan ditinggalkan pengunjung akibat melubernya sampah plastik di sekitar bibir pantai.
Seperti yang terlihat di aliran Tukad Saba Kelurahan Seririt, Buleleng sampah plastik menghiasi muara sungai, kesucian dari pada aliran sungai tersebut seakan tidak berarti. Jika kekotoran ini tidak segera mendapat penanganan serius, oleh Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt dan sekitarnya maupun Pemerintah Buleleng.
Bahkan bisa menjadi ancaman serius bagi pariwisata di Bali Utara yang salah satu andalannya adalah lumba-lumba yang hidup diperairan Buleleng.
Penyebab tercemarnya Tukad Seririt ini diduga ulah oknum masyarakat yang sengaja membuang sampah tanpa memperhatikan dampak bahaya bagi Lingkungan.
Tidak hanya mengotori lautan, bau amis dari sampah bisa tercium hingga ke permukiman warga sekitar muara Pantai Saba.
Sampah plastik pun dapat merusak ekosistem bawah laut, merusak terumbu karang, dan berbahaya bagi keberlangsungan kehidupan manusia.
Warga Desa Pengastulan mengaku kecewa dan putus asa melihat kondisi tersebut. Berton ton sampah dihasilkan setiap hari memenuhi kawasan pantai baik sampah kiriman warga yang tinggal di pinggiran Aliran Sungai Tukad Saba maupun sampah yang berasal dari warga sendiri.
Menurut penuturan warga sekitar yang enggan disebutkan namanya, dia tidak memiliki alternatif membuang sampah karena tidak tersedia tempat pembuangan. Akibatnya, mereka mengaku terpaksa membuang sampah ke sungai maupun kelaut.
Saat ditemui ditempat terpisah, Kepala Desa Pengastulan Ketut Yasa Minggu (16/6) bersama Karang Taruna Puspita Samudra Desa Pengastulan, bergotong royong membersihkan sampah di kawasan pantai Desa Pengastulan.
Yasa mengatakan, pihaknya menghimbau semua warga agar tidak menjadikan laut dan sungai tempat pembuangan akhir. Dia juga merasa malu melihat kondisi pantai dan muara Tukad Saba itu yang dipenuhi sampah. Berbagai cara telah dilakukan namun penyelesaian mendasar dari problem sampah itu belum ada.
Yasa juga mengaku telah bersurat ke Pemerintah kabupaten Buleleng agar Desa Pengastulan diberikan fasilitas untuk mengatasi sampah yang setiap hari semakin bertambah, Namun hingga saat ini permohonan itu belum di respon oleh Pemerintah Buleleng.
Pihaknya telah melakukan upaya lain agar sampah didesanya dapat diatasi. Selain bergotong royong melibatkan sejumlah steak holder. (Yog/02)