BANGLI, 24/6 (Atnews) - Harga jahe belakangan ini di pasaran tergolong cukup menjanjikan. Dimana, harga jahe khususnya jenis jahe gajah menembus angka Rp 7 ribu hingga Rp 8 ribu per kilo. Membaiknya harga jahe di pasaran mulai dibidik para petani di Kabupaten Bangli. Terbukti sejumlah petani di Kecamatan Susut, mulai berlomba-lomba mengembangkan tanaman jahe.
I Ketut Ada salah seorang petani di Desa Tiga, Susut, Minggu(23/06) mengatakan dirinya tertarik mengembangkan jahe sekitar tiga tahun lalu. Cuma penanaman tidak dalam sekala besar. Umumnya penanaman dilakukan dengan sistem tumpangsari dengan tanaman jeruk. "Agar tanah tidak nganggur, di sela-sela tanaman jeruk kami tanaman jahe,"ujar dia.
Penanaman yang awalnya cuma iseng itu, kata Ada, ternyata membuahkan hasil yang cukup lumayan. Dimana, harga jahe yang semula sehimpat jatuh mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dimana, harga jahe yang sempat jatuh hingga harga Rp 2.000 per kilo, kini melonjak dengan harga Rp 7.000 hingga Rp 8.000 di tingkat petani. "Semenjak itu saya ketagihan menanam tanaman yang memiliki bau khas ini,"ujar dia.
Disinggung soal hasil panen, kata dia, dirinya enggan merinci. Cuma yang jelas, kalau menenam sekitar 200 kilo bibit, bisa menghasillkan sekitar 900 hingga 1ton kilo jahe. Sementara untuk bibit jahe , jelas dia, lebih banyak diusahakan petani. Biasanya hasil panen sebelumnya, disimpan untuk bibit. "Saat ini tanaman jahe kami baru tumbuh. Sekitar 5 bulan lagi baru bisa panen,"ujar Ekaputra, petani lainnya
Sementara itu I Nyoman Sutama (Jro Sutama)salah seorang petani di Dusun Buungan,DesaTiga, Susut, mengatakan dirinya tertarik mengembangkan jahe sekitar lima tahun lalu. Cuma penanaman tidak dalam sekala besar. Umumnya penanaman dilakukan dengan sistem tumpangsari dengan tanaman jagung. "Agar tanah tidak nganggur, di sela-sela tanaman Jagung kami tanaman jahe,"ujar dia.
Penanaman yang awalnya Cuma 40 are , kata Ada, ternyata membuahkan hasil yang cukup lumayan sehingga kini mulai mengembangkan tanaman jehe gajahdengan mengontrak tanah milik warga. Dimana, harga jahe yang semula smepat jatuh mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dimana, harga jahe yang sempat jatuh hingga harga Rp2.500 - 3000 per kilo, kini melonjak dengan harga Rp 7.000 hingga Rp 8.000 di tingkat petani. "Semenjak itu saya ketagihan menanam tanamanjahe gajah,"ujar dia.
Disinggung soal pupuk yang dipergunakan,hanya mempergunakan daun bambu kering setelah dipakai pupuk”ujarnya.
Hal hasil panen, kata dia, dirinya enggan merinci. Cuma yang jelas, kalau menanam sekitar 250 kilo bibit, bisa menghasilkan sekitar 900 hingga 1ton kilo jahe. Sementara untuk bibit jahe , jelas dia, lebih banyak diusahakan petani sebelumnya membeli seharga Rp 15.00 perkilo. Biasanya hasil panen sebelumnya, disimpan untuk bibit. "Saat ini tanaman jahe kami baru tumbuh. Sekitar 7 bulan lagi baru bisa panen,"ujar jro Sutama (Anggi/02)