Buleleng, 30/6 (Atnews) - Ketut Witra asal Desa Munduk Buleleng, memiliki profesi sebagai tukang pijit bahkan disebut juga dukun anak.
Desa Munduk dikenal sebagai daerah penghasil kopi di Bali, lokasinya jauh dari kota Singaraja.
Ibu yang akan melahirkan jelas jarang bisa ke rumah sakit, akibat sarana transportasi sulit dan tidak seperti selarang.
Jika ada ibu mau melahirkan, Ketut Wetralah yang membantunya hingga lahir dan sudah bersih baru pulang, tutur pria itu serius.
Ia terkenal dengan panggilan dukun anak, namun berkat perkembangan jaman, sekarang memijit melayani turis yang berlibur ke Desa Munduk.
Saya ini sejak kecil dikenal "berandalan" tidak pernah sekolah, apalagi kuliah di kedokteran tetapi saya mampu menyembuhkan banyak orang, katanya bangga.
Berprofesi memijit diawali oleh niat untuk membantu orang, tidak lebih, kemudian belajar memijit sendiri, hanya dengan membayangkan saja.
Menolong dengan memijit teman atau orang sakit di kampung ternyata mampu membuat orang lebih sehat, saya sudah merasa bahagia.
Jika masih sakit diberi obat dengan ramuan dari tanaman yang ada di lingkuangan kita, seperti daun sirih direbus.
Daun kepiduh jika ada sakit perut, mengkidu dan lain sebagainya, semua itu tentu didasari atas usada Bali atau istilah sekarang ayurveda.
Berkat keuletan dan ketulusan menolong sesama, tidak menyana Ketut Witra yang kulitnya sudah agak mengkerut mampu berbicara di depan mahasiswa.
Kala itu Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Warmadewa (Unwar) mengunjungi Ashram Lumbung Yogalaya di Desa Munduk Buleleng.
Ashram Lumbung Yogalaya yang berada di daerah pegunungan dan berhawa sejuk itu para mahasiswa mendalami praktek yoga dan meditasi.
Kegiatan itu merupakan rangkaian Electives Study ; Spiritual Medicine FKIK Unwar yang dibuka oleh Wakil Dekan Kemahasiswaan FKIK Unwar dr. I Made Sarmadi, MARS.
Mahasiswa mendapat sharing pengetahuan dari pengobat tradisional Bali (Balian).
Dengan ditunjukkan pengetahuan pengobatan tradisional (Ayurveda dan Usada Bali) oleh Ketut Witra yang sudah menggeluti selama puluhan tahun.
Begitu pula, mendemokan pijatan Bali yang dirasakan beberapa mahasiswa baik laki-laki dan perempuan.
Rata-rata merasakan perubahan lebih baik usai mendaptkan terapi tersebut, tutur sejumlah mahasiswa yang ada di sana selama dua hari.
Ketut Witra tidak sampai di sana, selama pengalaman memijit tamu hotel di desanya sempat bertemu dengan seorang pejabat yakni atase militer Rusia.
Tamunya itu mengaku sakit, sejenis setruk ringan, setelah dipijit tiga kali dan diobati yang bersangkutan merasakan lebih baik dan sehat.
Tetapi tidak diduga, ketut Wetra menerima kiriman tiket pesawat pergi pulang ke Rusia untuk bertemu pejabat itu.
Saya dua minggu di Rusia sekitar tahun 2014 diantar pengelola hotel Puri Lumbung Cotagge Desa Munduk Nyoman Bagiarta.
Jadi Ketut Witra hanya berbekalkan keterampilan memijit bisa terbang ke Rusia sambil memperkenalkan cara pengobatan ala Bali. (atm/art)