Bangli,19/7(Atnews) Bertepatan dengan hari Anggara Paing Purnamaning Kasa(16/07) pengempon Pura Luhur Tirta Mas Manik Muncar Desa Belandingan Kintamani, melaksanakan Piodalan Ida Betari Ayu Mas Manik Muncar dilanjutkan dengan Puncak K arya Desa Pakraman Belandingan/Gedene bakti pengenem.Sedangkan Ida Betari mesineb rahine Saniscara Paing(20/07).
Pemucuk Karta Jro Kabeh saat dintai keterangan terkait karya tersebut mengatakan, Karya Pura Luhur Tirta Mas Manik Muncar merupakan tindak lanjut dari pembangunan pelinggih Ida Betari Ayu Mas Manik Muncar yang diempon oleh sekitar 200 KK , yang pembangunanya secara bertahap dimulai sejak tahun 2014 dan belum rampung semuanya masih ada bebarapa pelinggih yang belum dibangun”jelasnya.
Lebih lanjut Jero Kaber menjelaskan, pelinggih Ida Betari Ayu Mas Manik Muncar awalnya dari dulu berada ditengah tengah bukit yang tidak jauh dari lokasi sekarang ini,karena tempatnya terlalu sempit dan sebelumnya masyarakat Desa Belandingan sama sekali belum tahu persis sejarah dari Pura ini, maka berkat petunjuk dari Ida Cri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun dari Kedhatuan Kawista Desa Blatungan Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan dengan membawa lontar asal mula air danau yang ada di Bali didapat dari negeri Belanda, setelah dilaksanakan paruman Desa maka masyarakat Bala Tandingan yang kini menjadi Desa Belandingan , akhirnya menyepakati pembanguan yang dimulai tahun 2014 hingga tahun 2019 baru selesai Pelinggih Ida Ratu Ayu Mas Muncar, Penyengker, Gelung Kori Agung saja.Sedangkan eedan karya sudah dimulai rahina Redite Kliwon (14/07) Ida Betari mesineb Saniscara Paing (20/07). mendatang, sedangkan Waraspati Wage (18/07) dilaksanakan penganyar diiringi tarian rejang sari dan baris Goak yang dipuput oleh Ida Cri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun”ujarnya.
Sementara itu, usai muput bakti penganyar Ida Cri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun yang juga pemerakarsa pembangunan Pura Luhur Tirta Mas Manik Muncar yang awalnya berada ditepi jurang yang terjal saat dikonfirmasi sejarah Pura Luhur Tirta Mas Manik Muncar ini menyampaikan,bahwa Pura ini dalam sejarah singkatnya adalah pada jaman dahulu Gunung Tampur Hyang adalah Gunung berapi yang sangat aktif, disebut dalam purana adalah dapur api yang membakar roh-roh jahat atau disucikan dalam lontar disebut Hyang agheni, Cala.Pada tahun “wak sasi wak” meletus gunung ini dengan dahsyatnya disebut membah agheni ludira, banyak korban di Bali, hanya ada beberapa orang yang masih hidup serta buni Bali mengalami kekeringan yang sangat hebat, sumber mata air semua tidak ada, manusia yang menempati Bali terpaksa mengungsi kepinggir laut untuk dapat minum air laut, sangat sedihlah keadaan Bali. Situasi ini mengundang keprihatinan Sang Hyang Tampurhyang dengan kekuatan semedinya keluarlah air muncar dari belahan batu yang diberi nama Tirta Manik Muncar.Setelah air ini ada, beberapa pengikut Sanghyang Tampurhyang kegirangan,serta merta meminum air tersebut dan menjadikan kuat adanya, maka daerah ini diberi nama oleh Sanghyang Tampurhyang”Bala Tandingan”(Kini Desa Belandingan) dan air lagi ditaruh didua kendi labu dan Sanghyang Tampurhyang memanggil istri dan putra-putrinya yang diikuti oleh beberapa kula/abdinya menghadap, lalu berbincang dengan istrinya untuk membawa air keliling Bali maka diutuslah istrinya Ratu Ayu Mas Mambah untuk membawa air tersebut dalam perjalanan setiap air yang dituangkan muncul air yang deras sehingga seluruh Danau yang ada di Bali merupakan air yang dibawa oleh Ratu Ayu Mas Mambah jelasnya. (Anggi)