Badung, 14/8 (Atnews) - Alm. Dr Ir Frans Bambang Siswanto MM mendapatkan kehormatan khusus yang diberikan Misa di Gereja Katedral Roh Kudus Denpasar, Rabu (14/8).
Sebelum jenasah dimakamkan di Krematorium Taman Mumbul yang diikuti oleh keluarga besar Frans, sahabat, relasi usaha.
Pada kesempatan itu juga dihadiri Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Bali dan diodakan dari perwakilan enam agama.
Keenamnya yakni Pinandita Drs. I Ketut Pasek Swastika (Hindu), Pdt DD Karyana Govinda MPd yang juga Wadah Lembaga Umat Buddha Indonesia (WALUBI), Js Adinatha Lie dari MATAKIN Provinsi Bali, H. Roichan Muchlis (Penasehat MUI Bali), Ps. Paul Tan (Katolik) dan Pdt Pangeran Hutagaol (Protestan).
Hadir pula Danlanal Denpasar Kolonel Laut (P) Henricus Prihantoko maupun tokoh-tokoh masyarakat lintas agama. Sebagian besar juga mereka menggunakan busana adat Bali yang adi luhung.
Lagu-lagu rohani juga dilantunkan, kesenian Bali berupa gamelan Angklung maupun raturan karangan bunga berjejer yang menghiasi selama prosesi pemakaman.
Hal itu yang menandakan ketokohan Alm. Frans yang begitu kuat dalam membangun persahabatan dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang mandiri dan berkarakter sehingga siap menjadi wirausahawan.
Sementara Putu Agung Prianta selaku anak pertama Alm. Frans memohon maaf kepada semua pihak apabila ayah kandung pernah melakukan kesalahan.
Pada kesempatan itu, pihaknya tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada seluruh pendukung acara pemakaman ayah kandungnya.
Usai menyampaikan, telah tiba waktu yang ditunggu-ditunggu yakni pemakaman Alm. Frans yang selanjutnya penaburan bunga yang diawali dari pihak keluarga.
Sementara itu, Istri Alm. Frans, Prof Dr Ir Anastasya Sulistyawati MS MM MMis PhD DTh D.Ag mengaku, suaminya selalu mendukung dirinya sebagai istri.
Dengan harapan melakukan hal-hal yang membuat sang istri senang dan bermanfaat.
“Apapun yang merasa membuat senang kita mendukungnya,” tuturnya.
Alm. Frans begitu perfeksionis yang memperhatikan sesuatu hingga detail seperti merapikan pakaian yang kotor hingga nampak baru.
Padahal hal tersebut bisa dilakukan orang lain atapun digunakan mengerjakan sesuatu yang lebih bernilai.
Selain itu, suaminya hobi memasak dan berkebun, terkadang dirinya diajak belanja keperluan di dapur. Berbeda dengan dirinya suka belajar membaca.
Sementara dirinya sering menolak, karena berpikir “simple”, kenapa susah-susah memasak lebih baik beli saja. Sehingga waktu banyak bisa gunakan untuk belajar (membaca).
Namun Alm. Frans tidak demikian, sebisa mungkin melakukan dengan penuh teliti dan kesadaran.
Untuk itu, setiap karya Alm. Frans memiliki arti dan makna yang besar karena bekerja menggunakan hati.
Apapun yang dilakukan dengan hati yang tulus, maka akan menghasilkan karya-karya fundamental. (ART/atm)