Karangasem, 14/8 (Atnews) - Institut Teknologi Bandung (ITB) mengevaluasi hasil penelitian Sekolah Siaga Bencana Gunung Api di SMP Negeri 3 Bebandem (Spentriba) pada tahun kedua, Kamis (14/8).
Kegiatan itu untuk menekankan kembali potensi kebencanaan maupun langkah antisipasinya, disamping praktek mitigasi yang berlangsung selama dua hari, 13-14 Agustus.
Acara itu dihadiri Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa, Anggota Tim Peneliti ITB I Gusti Eddy Sucipta, Kepala SMPN 3 Bebandem I Wayan Jati dan Wakil Kesiswaan (Wakasek) SMPN 3 Bebandem Ida Wayan Gotama Adi Putra.
Penelitian direncanakan selama tiga tahun, dimana tahun pertama telah dilakukan pemetaan potensi bencana, edukasi dan simulasi kebencanaan.
Namun pada tahun kedua sekolah dilengkapi rambu-rambu mitigasi sehingga memudahkan melakukan evaluasi.
“Sekolah juga akan dipasang alarm manual, apabila ada ancaman bahaya dapat dengan sigap melakukan penyelamatan,” kata Ketua Peneliti Pengabdian Masyarakat ITB Asep Saepuloh Dr. Eng.
Alarm tersebut akan dilengkapi beberapa tombol kontrol sehingga memudahkan akses petugas menekannya.
Kedepannya dicanangkan akan melengakapi sistem mitigasi yang berbasis teknologi, sementara diterapkan secara manual sehingga basic-basic kebencanaan dipahami.
Pada kesempatan itu, pihaknya meminta dukungan semua pihak dalam mendukung keberhasilan Sekolah Siaga Bencana Gunung Api.
Mengingat sekolah tempat berkumpulnya masyarakat paling banyak dengan ruang yang terbatas, apalagi Spentriba terletak di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Agung (Udaya Parwata) sehingga dipandang perlu menyiapkan kesiapsiagaan terhadap bencana erupsi yang bisa terjadi sewaktu-waktu yang kini masih berstatus siaga level III.
“Kami harap agar sekolah mampu menyiapkan kesiapsigaan lebih dini sebagai upaya pengurangan resiko terjadinya bencana dari ancaman dan bahaya yang ada,” ujarnya.
Ia merasa optimis hal itu bisa terwujud karena mendapatkan dukungan dari pemerintah, khususnya BPBD Karangasem.
Selain itu, sisi regulasi dan kebijakan agar diperkuat mengingat sekolah terletak dengan sepadan sungai jalur erupsi Gunung Agung yang kerap terjadi banjir pada musim hujan.
Kondisi semakin memprihatinkan sekolah karena, dihulunya ada TPA Karangasem dan aktivitas tambang galian C.
Dikhawatirkan lagi sampah semakin menggunung, lahan galian C semakin mendalam ketika banjir datang akan menggerus sampah dan berdampak pada sekolah.
Sementat itu, Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Arimbawa menambahkan, pihaknya mengucapkan terima kepada Tim Edukasi Bencana Kegunungapin dari ITB.
Dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunungapi Agung yang saat ini masih pada level III (siaga).
“Semoga kedepan sinergi ini tetap bisa berjalan dalam rangka pengurangan risiko bencana, Salam Tangguh,” ujarnya.
Sedangkan Kepala SMPN 3 Bebandem Jati mengharapkan acara itu dapat menjadi bekal siswa-siswa dalam menyiapkan diri dalam menghadapi sebuah kebencanaan.
Pengetahuan yang diperoleh selama pelatihan dapat ditularkan kepada masyarakat sekitar, khususnya pada keluarga.
Upaya itu dapat mencegah kepanikan sehingga tidak terulang kembali peristiwa pengungsiaan dalam kondisi yang kondusif pada tahun 2017.
“Saya harap masyarakat ikut mendukung sepenuhnya kegiatan itu karena sebagai sebuah kehormatan langka dipilih sebagai tempat Sekolah Siaga Bencana Gunung Api,” tutupnya. (ART/02)