Badung, 19/10 (Atnews) - Prof. Dr. Ir. Nyoman Budiartha Raka Mandi., M.Sc dikukuhkan guru besar membawakan orasi ilmiah Ilmu Transportasi “Kesenjangan Persepsi Perencana dan Pengguna Pelabuhan Wisata; Keterbatasan Ilmu Pelabuhan?.
Dikukuhkan oleh Rektor Universitas Udayana (Unud) Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S (K) di Kampus Bukit Jimbaran, Sabtu (19/10).
Pada kesempatan itu hadir pula Ketua Senat Unud Prof I Dewa Ngurah Suprapta.
Bersamaan dengan lima guru besar lainnya yakni Prof Nyoman Suartha (Fakuktas Kedokteran Hewan), Prof Ida Ayu Nyoman Saskara (Fakuktas Ekonomi dan Bisnis), Prof I Dewa Gede Ary Subagia (Fakultas Teknik), Prof Hery Suyanto (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), Prof RA Tuty Kuswardhani (Fakultas Kedokteran).
Ia kelahiran Denpasar, 16 November 1954 mengatakan, pertumbuhan lalu lintas penumpang kapal pesiar kurang signifikan karena kurangnya infrastruktur fisik kelas dunia termasuk lingkungan yang sopan, mudah dan bebas repot.
Pendekatan perencanaan pelabuhan tidak hanya untuk alasan keandalan dan keindahan tetapi lebih penting untuk alasan ekonomi.
Fasilitas yang disediakan oleh Pelabuhan Bali bahkan tidak memenuhi standar dasar, kurang dari fasilitas yang diharapkan dari terminal kapal pesiar seperti air minum, internet, cafe, “communication center” belum tersedia, justru Pelabuhan Tanah Ampo terbengkalai dan tidak terawat.
Pelabuhan-pelabuhan di Bali tidak memiliki fasilitas khusus untuk kapal pesiar, namun sampai saat ini harus menangani kapal pesiar secara bergiliran di dermaga kargo.
Bahkan beberapa pelabuhan tidak memiliki fasilitas inti seperti dermaga kapal pesiar seperti pelabuhan Celukan Bawang, bangunan terminal, serta penanganan bagasi.
Lebih dari 50 persen kapal pesiar yang berlayar dewasa ini mempunyai panjang lebih dari 290 m LOA dan hampir 30 persen mempunyai panjang lebih dari 300 m LOA. Seperti kapal pesiar Symphony of the seas dan Harmony of the seas panjangnya 362 m LOA dengan 6.682 penumpang.
“Apabila pelabuhan tidak melakukan pengembangan dan mengikuti trend pasar diperkirakan kunjungannya semakin, berkurang” tegasnya yang tinggal di Jl Tunggul Ametung IIIB No. 5 Denpasar.
Padahal kebijakan saat ini dan masa depan pariwisata maritim membutuhkan pelaksanaan dan evaluasi pemikiran yang inovatif serta hasil penelitian terbaru.
Sektor pariwisata kapal pesiar sebagai aktivitas maritim yang pertumbuhannya berkelanjutan lebih dari tiga dekade.
Pelayanan tranportasi tidak sesuai kebutuhan akan tidak berguna (mubazir) akibat kesenjangan persepsi perencanaan, pendekatan masih selalu “top-down”.
Hal itu yang mengakibatkan tidak mampu mengakomodasi permintaan dari pengguna pelabuhan secara eksplisit.
Hubungan industri pelabuhan pariwisata di Indonesia dengan sektor-sektor lainnya tidak diperhitungkan dan sepenuhnya dimengerti.
Untuk itu diperlukan model perencanaan pelabuhan yang menggambarkan sistem transportasi secara holistik dan terintegrasi yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keseluruhan rantai nilai (value chain) yang terlibat agar terhindar dari “local optimization” yang tidak konstruktif terhadap sistem secara keseluruhan.
Perencanaan terpadu antara transportasi, pariwisata dan manajemen kebijakan yang belum diteliti secara luas.
Kapasitas pelabuhan secara keseluruhan telah tertinggaljauh dari pertumbuhan pariwisata kapal pesiar dan masih terjadi polemik perluasan pelabuhan di masyarakat.
Contoh kesenjangan perencanaan Pelabuhan Tanah Ampo Karangasem, Benoa Denpasar, Nusa Penida Klungkung, dan Kusamba Klungkung.
Keberhasilan itu tidak terlepas dari pendidikan yang ditempuh mulai SDN XXIV Denpasar (1967), SMPN II Denpasar (1971), SMAN 1 Denpasar (1974), Insinyur Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (1983), Master of Science, Transportasi, Institut Teknologi Bandung (1990) dan Doktor Transportasi Laut Fakultas Teknologi Kelautan ITS (2011).
Bahkan mengikuti kursus Certificate Course in “Project Management”, New Dehli India (25 Maret - 6 Mei 2002) dan Short Course in Engineering Education Management, Melbourne and Monash University (29 Juni - 2 Agustus 2002).
Sedangkan jabatan Struktural yakni Pembantu Dekan I FT Unud dua periode (20 September 1999 - 25 September 2003 dan 15 Juli - 20 September 1999), Direktur LPIU, EEDP Unud ADB Loan 1432-INO termasuk pernah bekerja di PT Tukad Mas Surabaya.
Sementara itu, Rektor Unud Prof Raka Sudewi menambahkan, dengan dikukuhkannya 6 guru besar maka Unud telah memiliki 144 orang.
Guru Besar ini tersebar di beberapa Fakultas. Perkembangan Jumlah Guru Besar dalam kurun waktu 8 tahun, menunjukkan trend yang positif. Setiap tahun selalu ada penambahan guru besar antara 4 sampai 9 orang.
Penambahan guru besar dalam waktu lima tahun ke depan perlu diantisipasi adanya penurunanya karena pensiun sebanyak 5 orang dan meninggal sebanyak 2 orang sehingga totalnya sebanyak 7 orang.
Kegiatan itu menjadikan inspirasi para dosen menempuh jenjang karier paling tinggi.
Keberadaan Guru Besar ini, disamping bermanfaat bagi dosen itu sendiri, juga memberikan manfaat yang besar bagi universitas, fakultas, program studi maupun mahasiswa.
Adanya syarat utama menjadi guru besar yaitu Jurnal Internasional yang bereputasi, bukan hambatan yang berarti untuk menjadikan Guru Besar.
“Asalkan disertai dengan kerja keras dan didukung oleh kebijakan dari lembaga, saya yakin usaha itu akan berhasil,” tutupnya. (ART/02).