Oleh : Putu Astrid Harikaputri
Berkomunikasi sudah sering dilakukan sejak dini bahkan sampai saat ini untuk menjalani kehidupan, menyampaikan sebuah pesan atau informasi bisa di lakukan dengan berbagai cara selain bertatap muka langsung. Sekarang ini era digital sudah mewarnai kehidupan, apapun yang ingin diketahui dengan memanfaatkan media yang ada, informasi yang ingin dicari akan dengan mudah didapatkan. Dengan banyaknya media yang ada dan pemikiran manusia yang semakin berkembang melahirkan beberapa aplikasi yang memberikan akses kepada generasi muda maupun orang tua saat ini untuk memudahkan berkomunikasi tanpa bertemu langsung, Namun perlu diperhatikan bahwa sering kali dalam proses penyampaian pesan atau informasi tersebut dalam menyampaikannya terjadi kekeliruan sehingga feedback dan makna dari yang ingin disampaikan tidak tercapai.
Komunikasi merupakan sebuah proses dimana seseorang atau beberapa kelompok menyampaikan sebuah pesan menggunakan media dan tentunya bahasa serta diharapkannya mendapatkan feedback yang bisa dilakukan secara verbal (langsung) dan non verbal (tidak langsung). Di dalam mempelajari komunikasi, ada beberapa teori-teori dalam ilmu komunikasi yang ditemukan oleh beberapa ahli tentunya berkaitan dengan kehidupan saat ini perlu untuk diketahui. Ada lima macam teori komunikasi yaitu komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal,komunikasi massa, komunikasi organisasi, dan komunikasi kelompok, yang didalamnya juga terbagi beberapa sub-bab teori. Hasil dari semakin berkembangnya teknologi beberapa orang meneliti dan mempelajarinya dengan mengaitkan hal itu ke dalam ilmu komunikasi. Salah satu aplikasi yang saat ini diminati oleh seluruh kalangan mulai dari anak-anak, remaja, bahkan hingga orang tua juga menggunakan ini.
Instagram merupakan sebuah aplikasi berbagi foto dan video yang memungkinkan pengguna mengambil foto, mengambil video, menerapkan filter digital, dan membagikan ke berbagai layanan jejaring sosial. Menggunakan aplikasi ini secara tidak langsung sudah berkomunikasi, bagaimana sebelum membagikan foto atau video tentunya dibuatkan sebuah caption untuk menjelaskan apa yang di unggah sehingga dalam penyampaian informasi kepada followers (orang lain) dapat diterima dan sama-sama memiliki kesamaan makna. Setiap tahun pihak instagram terus memperbaharui dan memanjakan penggunanya dengan beragam fitur tambahan, salah satunya yaitu snapgram, dimana bisa digunakan untuk mempublikasikan sebuah video atau foto berdurasi lima belas detik yang akan tersimpan selama sehari, tentunya di dalam snapgram itu sendiri terdapat filter serta fitur tambahan salah satu diantaranya adalah vote.
Salah satu fitur vote instagram yang terbaru ini mampu membantu penggunanya untuk memilih sesuatu, misalnya ketika seseorang sedang kesulitan untuk memilih sebuah barang/brand yang mana harus dibeli, fitur ini bisa mengumpulkan beberapa pendapat dari pengguna lainnya untuk memilih. Caranya yang sangat mudah yaitu dengan menulis caption di kolom yang sudah disediakan di snapgram sertai gambar untuk mempermudah orang lain untuk bisa berpartisipasi memilih dan untuk hasilnya bisa dilihat melalui presentase, kembali lagi untuk hasil akhir keputusan ada ditangan pengguna yang membuat voting tersebut. Selain itu anak milinial saat ini, jika opini atau pendapatnya dianggap sebagai minoritas atau tidak ada yang mendukung, dengan media juga bisa digunakan untuk membantu pendapatnya didukung dan menjadi mayoritas dengan mencari suara sebanyak-banyaknya melalui media, bisa dikatakan bahwa fitur snapgram ini sangat membantu dan tentunya secara tidak langsung sudah berkomunikasi dan berkaitan dengan komunikasi massa.
Di dalam teori komunikasi massa dimana seorang atau sekelompok orang dan organisasi yang besar menyusun sebuah pesan dan mengirimkannya melalui beragam media kepada khalayak luas yang anonim dan heterogen. Diteori ini ditekankan bahwa media digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan atau informasi itu sendiri. Beberapa teori komunikasi massa menitikberatkan pada isi pesan media serta munculah beberapa pikiran dari beberapa ahli dan munculah beberapa teori, salah satu yang lahir yaitu teori spiral keheningan (spiral of silence theory) dimana Teori yang diperkenalkan oleh Elisabeth Noelle-Neumann (1974) menggambarkan hubungan efek media terhadap pembentukan opini publik dan pola perilaku demokratis. Frasa spiral of silence mengacu pada bagaimana orang-orang yang cenderung untuk tetap diam ketika mereka merasa pandangannya merupakan minoritas. Setiap individu yang melihat opininya sendiri diterima akan mengekspresikannya. Sementara itu, mereka yang berpikir dirinya sebagai minoritas akan menekan pandangannya.
Jadi bisa dikatakan bahwa fitur “vote” instagram berkaitan dengan teori spiral keheningan yang terdapat dalam teori komunikasi massa, dimana seseorang yang pandangannya dianggap sebagai minoritas dengan mengaplikasikan teori ini dengan media yang ada mampu membuat pandangannya menjadi mayoritas dengan mencari pendukung yang sebanyak-banyaknya dari berbagai kalangan masyarakat. Dengan disediakannya media seperti ini berkomunikasi dapat membantu untuk berinteraksi dengan orang-orang yang belum dikenal bahkan dari seluruh dunia, diharapkan sebagai generasi muda atau milinial mampu menggunaknnya dengan baik dan benar.
Perlu ditekankan dan diingatkan berkomunikasi dalam proses penyampaianya sebagai komunikator (orang yang menyampaikan sebuah pesan ) sesungguhnya tidak boleh menyakitkan perasaan komunikan (orang yang menerima pesan ) namun sering kali faktanya bisa dilihat di media sosial saat ini digunakan untuk menyebarkan informasi yang tidak benar bahkan sering kali menyebabkan perselisihan sehingga saat ini berita-berita hoax mewarnai media saat ini. Sebagai generasi muda yang mengerti dan menguasi media tentunya mari bersama-sama memperbaiki, membangun, dan merawat teknologi serta media yang ada, Tentunya harus disadari untuk berkomunikasi dengan baik.(pah/02)