Oleh Wayan Windia
Saya mendapat info yang menggembirakan dari pengelola Monumen Perjuangan Bangsa (MPB), Bagus Ngurah Rai. Bahwa saat ini semakin banyak saja masyarakat yang mengunjungi MPB. Mereka terdiri dari anak-anak sekolah, mahasiswa, dan kalangan profesional (para dokter, dll.). “Capek….. Untuk itu saya akan membuat brosur. Dengan demikian pemahaman pengunjung tentang MPB akan standar” katanya. Ya…… tentu saja capek….. hehehe….. Tetapi lebih capek lagi leluhurnya yang dengan susah-payah membangun kawasan itu. Kemudian dengan ikhlas, mempersilahkan kawasan itu dimanfaatkan untuk rapat-rapat para pejuang kemerdekaan. Dan resikonya tidak main-main. Resikonya adalah jiwa-raga, dan tetesan darah. Sekarang resiko ini sudah tidak ada lagi. Hanya resiko capek saja.
Mengapa saya merasa gembira? Karena saya ikut terlibat dalam proses renovasi kawasan Bangsal tsb. Lalu kawasan itu dikembangkan menjadi Monumen Perjuangan Bangsal (MPB) pada tahun 2008. Dulu, tujuannya sangat sederhana. Hanya ingin, semakin banyak ada eksistensi kawasan artefak sejarah perang kemerdekaan, yang dapat dilihat secara nyata oleh komunitas di sekitarnya. Juga diinginkan semakin banyak ada artefak sejarah perang kemerdekaan, di tempat mana dapat terus dipelihara “api” semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan adalah semangat, di mana suatu komunitas berani berkorban untuk bangsa dan negaranya (patriotime), dan juga mementingkan bangsa di atas kepentingan pribadi, keluarga, dan golongan (nasionalisme).
TPB Margarana (di Desa Marga, Tabanan), memelihara “api” kebangsaan itu pada setiap HUT Ngurah Rai atau HUT Margarana pada setiap tanggal 20 Nopember. Puri Kesiman (di Kesiman, Dentim), memelihara “api” kebangsaan itu pada setiap tanggal 18 Nopember, yakni pada saat acara singgah napak tilas perjuangan I Gusti Ngurah Rai, dalam rangka perayaan HUT Margarana. Sedangkan MPB (di pertigaan Gaji-Dalung-Sempidi), memelihara “api” semangat kebangsaan, pada setiap tanggal 16 Agustus. Berbagai acara dilaksanakan di kawasan MPB dalam rangka peringatan 16 Agustus, termasuk acara dialog kebangsaan. Di MPB juga dilahirkan Gerakan Nasional Pembudayaan Pancasila (GNPB) Prov. Bali, dan juga dilahirkan lembaga Korps Menwa Ugrasena Indonesia (KMI) Prov. Bali. MPB selalu dikenang karena disana digelar pertemuan puncak para pejuang bawah tanah di Bali pada tanggal 16 Agustus 1945. Buku Bali Berjuang yang diterbitkan Yayasan Kebaktian Pejuang (YKP, kini disebut Yayasan Kebaktian Proklamasi), bahwa pertemuan pejuang di MPB tercatat sebagai peristiwa ke-7 dari 49 peristiwa perjuangan perang kemerdekaan Indonesia di Bali. Rencana-rencana yang telah diputuskan di MPB ternyata gagal dilaksanakan, karena tentara PETA dilucuti senjatanya, seiring dengan kedatangan tentara NICA (Belanda) di Bali. Kalau tidak dilucuti, maka senjata PETA itu akan bisa dimanfaatkan untuk mengusir openjajah yang bercokol di Bali.
Saya mencatat bahwa saat ini ada tiga kawasan/komunitas sebagai tempat untuk memelihara semangat kejuangan dan kebangsaan. Yakni Taman Pujaan Bangsa (TPB) Margarana, Puri Kesiman, dan kawasan MPB. Pada ketiga kawasan ini, secara rutin diselenggarakan pertemuan komunitas untuk tetap memelihara tentang apa yang disebut sebagai Jiwa, Semangat, dan Nilai-Nilai 1945 (JSN-45). Kenapa hal itu penting ? Karena, tanpa ada perang kemerdekaan yang sangat emosional di Indonesia, maka bangsa ini sudah lama terpecah-belah. Tidak akan pernah ada NKRI. Bangsa ini sangat plural. Memiliki 360 sukubangsa, masing-masing dengan bahasanya sendiri, dan semua agama eksis di Indonesia. Itu semua adalah potensi konflik dan potensi terpecah-belah. Tetapi semuanya bisa bersatu-padu karena menghadapi penjajahan yang lama, bengis, dan rakus. Kemudian bangkit bersama dalam perang kemerdekaan.
Penjajah Belanda melalui perundingan dan perjanjian Renvile, ingin membuat Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan mempersatukan RI, NIT, dan Negara Kalimantan. Tetapi ternyata Belanda tidak berhasil. Semuanya akhirnya ingin bersatu dalam NKRI. Itu semua adalah karena rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang dikreasi oleh Perang Kemerdekaan yang sangat lama. Hanya tiga negara di dunia yang mengalami masa perang kemerdekaan yang hebat. Yakni Indonesia di Asia Tenggara, Vietnam di Timur Jauh, dan Alzasair di Afrika Utara. Itulah sebabnya Vietnam tidak bisa dipecah oleh kekuatan asing. Vietnam mampu mengalahkan Perancis dan Amerika Serikat, agar mereka bisa bersatu. Tidak ada lagi Vietnam Selatan dan Vietnam Utara. Indonesia mampu memenangkan perang kemerdekaan setelah selama 350 tahun dijajah oleh Jepang dan Belanda. Lalu membentuk NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Lalu, what next MPB ? Saya berharap semakin banyak komunitas yang mengunjungi kawasan yang sangat bersejarah itu. Sebab di masa depan, ketika Indonesia semakin maju, dan tidak ada lagi para pendiri bangsa yang masih hidup, dan tidak ada lagi veteran pejuang kemerdekaan RI, maka pada saat itu, generasi sekarang ini akan kekeringan nilai-nilai kebangsaan. Ditambah lagi, adanya proses globalisasi yang masif. Maka pada saat tsb generasi sekarang ini akan kebingungan mencari nilai-nilai identitas diri, dan harga dirinya. Mungkin seperti negara Singapore dan juga Hongkong. Di mana pada saat generasinya mengalami kemakmuran, maka mereka ingin mencari identitas dirinya. Mereka sadar bahwa kulitnya kuning dan matanya sipit, tetapi mereka harus berbahasa Inggeris. Aroma seperti itulah yang akan terjadi Indonesia, khususnya setelah kita mendapatkan kemakmuran pada tahun 2045, satu abad setelah Indonesia merdeka. MPB akan merupakan salah satu kawasan, yang akan dicari dan dikenang sebagai kawasan untuk menemukaan jati dirinya sebagai bangsa.
*) Penulis adalah Ketua Pusat Penelitian Subak Univ. Udayana.