Denpasar (Atnews) - Kepala UPTD Pertanian Terpadu, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali Dr I Wayan Sunada berhasil menemukan sebuah inokulum (berupa pupuk hayati lengkap dengan ZPT) untuk membantu petani dalam meningkatkan hasil produksinya.
Inokulum itu diberi nama Bio-Inokulum. Bio-Inokulum ini didapatkannya dari hasil penelitian selama dua tahun.
Hasil uji coba Bio-inokulum bekerjasama dengan PT Bhali Banjar Gede di lahan petani penggarap Bapak Unyil (nama panggilan) di Desa Sedang, Kecamatan Abiansemal, Badung dengan lahan seluas satu hektar, mampu meningkatkan hasil produksi padi dua ton/ha nya.
“Upaya itu dalam mengatasi permasalahan dunia pertanian, penggunaan pupuk kimia merupakan sebuah tren yang sangat populer,” kata Sunada di Denpasar, Minggu (10/3).
Padahal, penggunaan pupuk kimia memiliki banyak dampak negatif, baik untuk lahan, tanaman, bahkan bagi orang-orang yang mengkonsumsi makanan hasil tanaman yang mengandung pupuk kimia tersebut.
Pupuk kimia yang diaplikasikan ke tanaman tidak semua diserap oleh tanaman tersebut, tetapi masih ada sisa zat kimia yang akan tinggal di tanah.
Zat kimia yang tinggal tersebut akan mengikat tanah atau membuatnya menjadi lengket sehingga tanah tidak lagi gembur.
Jika hal ini terjadi, maka tanah semakin ketergantungan terhadap pupuk kimia. Selain itu, pupuk kimia juga akan mengganggu keseimbangan hara pada tanah.
Jika zat hara berkurang, maka tanaman akan kekurangan makanan.
Apabila hal ini terjadi, maka tanaman tidak akan tumbuh dan berkembang secara maksimal. Tanah yang tidak gembur akan mematikan atau mengurangi populasi organisme-organisme pembentuk unsur hara (organisme yang menyuburkan tanah).
Hal lain yang juga seharusnya menjadi alasan petani untuk berpikir dua kali menggunakan pupuk kimia. Oleh karena itu, sebaiknya petani mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Solusi dalam hal pengurangan penggunaan pupuk kimia mesti sudah ada solusinya.
Sebelum menggunakan Bio-inokulum, hasil produksi padi milik Bapak Unyil hanya 6 ton/ha, namun sekarang dengan menggunakan Bio-inokulum, hasil panen meningkat menjadi 8 ton/ha (panen dilakukan hari Minggu, 10 Maret 2019).
Penggunaan Bio-inokulum ini mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia sampai 50 % dari anjuran penggunaannya. Selain berhasil dalam meningkatkan produksi, penggunaan Bio-Inokulum pada tanaman padi menghasilkan ukuran bulir gabah yang besar, batang tanaman lebih besar, kokoh dan tinggi, umur panen lebih cepat serta tanaman padi tahan terhadap serangan penyakit seperti jamur dan bakteri.
Menurut Dr I Wayan Sunada Uji coba Bio-Inokulum pada tanaman padi ini nantinya akan dilakukan sistem Salibu (Salin Ibu) dimana petani hanya cukup menanam padi sekali namun bisa memanen padi sebanyak 2 kali dalam setahun tanpa harus menanam kembali.
Sehingga dapat menghemat biaya produksi karena petani tidak perlu kembali melakukan pengolahan lahan yang memerlukan biaya dan dalam sistem tanam Salibu ini, penggunaan pupuk kimia tidak lagi dilakukan sehingga petani juga dapat mengurangi biaya pembelian pupuk kimia.
Penambahan pupuk pada sistem Salibu hanya menggunakan pupuk kompos dan pengaplikasian Bio-Inokulum.
Selain uji coba perlakuan Bio-Inokulum pada tanaman padi, juga dilakukan ke tanaman cabai dan jagung, masing-masing lahan seluas 1 ha per komoditi. Sehingga total luas areal demplot Bio-Inokulum sebanyak 3 ha.
Dalam hal menjaga kualitas dan kuantitas hasil produksi sehingga didapat hasil produksi yang optimal, demplot Bio-Inokulum ini di awasi para ahli dibidang nya yaitu ketua peneliti ialah Dr Sunada dibantu anggota peneliti yaitu (1) Nur Fakih (2) Wahyu Wacana Suci Garjita (3) I Dewa Nyoman Darmayasa, (4) I Made Adi Dharmawan, (4) Harapan Budi Ginting. Sehingga nantinya hasil produksi yang didapat bisa lebih optimal. Bio-Inokulum datang petani senang. (ART/R/ika)