Millenials Generation so pasti akrab banget dengan segala bentuk teknologi canggih digital. Tinggal klik, semua tersaji di depan mata. Bahkan jika ingin menapaki jejak masa silam pun tinggal klik saja. Itulah surfing wisata dunia maya.
Kala harus berwisata ke dunia nyata, maka perlu lebih jeli mendeteksi destinasi wisata idaman yg mampu menyuguhkan keunikan khas tiada duanya. Bali jelas pilihan paling logis untuk ditempatkan sbg salah satu pilihan utama destinasi wisata generasi millenials. Bali memiliki berbagai destinasi wisata berbasis teknologi tinggi di seputaran Kuta, Legian hingga Jimbaran. Destinasi wisata berbasis histori masa silam pun tersebar di sepanjang pesisir utara dan timur Bali.
Detak kehidupan masa silam yang secara riil hadir tanpa balutan wisata, bisa kita jumpai di masyarakat Pulau Serangan, yang juga akrab dikenal sbg Turtle Island.
Pulau Serangan terletak di sebelah timur laut kota Denpasar, luasnya sekitar 73 hektare yang dihuni oleh masyarakat Bali dan masyarakat Bugis. Jika ingin menyaksikan langsung kehidupan spiritual yang harmonis, kita bisa menemuinya secara langsung di keseharian penduduk pulau mungil ini. Pura dan masjid berdampingan, suara tembang Puja Sandya dan Adzan pun bergantian berkumandang di langit tanpa saling mengusik satu sama lain. Sebagian besar penduduk Serangan berprofesi nelayan dan petani rumput laut, serta sesekali beralih peran menjadi pemandu para penggemar olahraga memancing.
Pura Sakenan, salah satu pura tertua di Bali, berada di pulau mungil ini. Pura suci ini diyakini dibangun oleh Mpu Kuturan, juga dikenal dengan sebutan Mpu Rajakretha, pada tahun 1172 Caka atau 1250 Masehi dengan konsep yang dibawanya dari kerajaan Majapahit. Pura Sakenan menjadi tempat memuja Sang Hyang Baruna yang menguasai lautan. Puncak piodalan di pura ini jatuh pada Hari Raya Kuningan. Saat itulah seluruh sudut pulau ini seakan kembali ke masa silam, semua penghuninya berbaur dengan para pengunjung pura, serta semuanya berbusana adat Bali.
Keunikan lainnya adalah setiap hari kita bisa menikmati pemandangan saat pantai di seputaran pulau mengalami pasang surut. Saat pasang surut inilah para penduduk setempat mengais rejeki memungut lobster serta ikan laut lainnya, sedangkan para pengunjung dari luar kebanyakan mencoba sensasi berjalan-jalan di sepanjang permukaan pantai yang masih dikelilingi tanaman bakau. Pendeknya, pulau Serangan ini miniaturnya pulau Bali. Apalagi kini sedang dalam pengembangan sebagai salah satu destinasi utama wisata laut di pulau Bali.
Alternatif tambahan saat mengelilingi pulau mungil ini adalah salah satu pusat konservasi penyu terbaik di Indonesia yg juga terdapat di pulau Serangan sehingga pulau inipun terkenal di mancanegara dengan sebutan Turtle Island.
Di sana kita bisa melihat langsung proses penangkaran penyu mulai dari menyiapkan tempat bertelur, tempat pengeraman, penetasan penyu kecil (tukik) hingga pelepasan kembali penyu ke habitat aslinya.
Pelepasan penyu kecil (tukik) ini sekarang menjadi salah satu atraksi yang paling diminati oleh para wisatawan mancanegara. Penyu-penyu kecil itu di bawa ke tepi pantai, baik pantai Sanur, Legian dan lokasi lainnya untuk kemudian dilepaskan menuju ke laut. Yang menarik adalah pelepasan penyu-penyu kecil ini senantiasa dibarengi dengan ritual persembahyangan adat Hindu.
So, jika ingin menikmati suasana masa silam secara riil tanpa kemasan komersial di jaman digital ini maka Pulau Serangan saat Hari Raya Kuningan adalah jawabannya. Ini berwisata budaya tanpa unsur artifisial, murni keseharian masyarakat Pulau Serangan.
Penulis: Tavip Budiono Hs.
Kuta Utara