Banner Bawah

Kerjasama TNI-MPB untuk Merubah Perilaku Petani

Artaya - atnews

2019-03-27
Bagikan :
Dokumentasi dari - Kerjasama TNI-MPB untuk Merubah Perilaku Petani
Slider 1

Oleh Wayan Windia
​Ahli pertanian dunia Prof. A.T. Mosher, dalam buku-bukunya selalu menyatakan bahwa tujuan pembangunan pertanian yang paling hakiki adalah untuk merubah prilaku petani. Tujuan yang bersifat fisik-ekonomi memang penting, tetapi yang jauh lebih penting adalah tujuan sosial, yakni merubah prilaku petani. Dengan demikian petani akan selalu mampu beradaptasi terhadap lingkungan teknologi dan lingkungan sosial yang terus berubah. Kendala utama yang dihadapi oleh petani untuk dapat merubah prilakunya adalah kendala kemiskinan dan kendala lahan garapannya yang sempit.  Dengan demikian petani tidak berani menanggung resiko dan menanggung beban ketidak-pastian terhadap perubahan-perubahan yang harus dilakukannya. Kenapa ? Karena taruhannya adalah perut dan keluarganya.  Ya, kalau perubahan itu bisa berhasil, tetapi  kalau gagal, siapa yang harus bertanggung jawab? Itulah sebabnya, kenapa inovasi teknologi yang dikembangkan di kalangan petani di negara yang sedang berkembang menjadi sangat sulit dan sangat lambat. Inilah yang akhirnya menyebabkan adanya lingkaran setan dalam pembangunan pertanian kita.  
​Berkait dengan bahasan di atas, maka perlu ada bukti nyata terhadap suatu perubahan yang akan dilakukan di lapangan (di kalangan petani). Itulah yang disebut dengan demonstrasi-plot (demplot). Dengan demikian ada jaminan bahwa perubahan yang akan terjadi, pasti akan menguntungkan petani kita. Jaminan seperti itu sangat penting, karena petani adalah subyek pembangunan pertanian. Dan pembangunan pertanian adalah hal yang maha penting di masa depan. Banyak yang meramalkan bahwa perang di masa depan akan disebabkan karena perebutan makanan. Indonesia yang berada di katulistiwa, yang lahannya subur, dan dapat ditanami apa saja, akan menjadi rebutan antara Negara Barat dan Negara Timur. Sebab diyakini bahwa siapa yang dapat menguasai logistik perang (makanan), maka ia  akan dapat memenangkan perang.  Mungkin itulah sebabnya pihak TNI dengan sadar bergerak dalam bidang pertanian, sejak kepemimpinan Jenderal Gatot Nurmantio. Di samping secara internal bertujuan untuk mendukung ketahanan pangan negara, tetapi juga secara eksternal ingin mendidik petani kita agar selalu memanfaatkan setiap jengkal tanah yang kosong. TNI juga mendidik perwira-perwiranya untuk paham bertani dan membangun pertanian.
​TNI-MPB
​TNI memiliki kekuatan dan kemampuan, tetapi tidak mempunyai lahan untuk digarap sebagai lahan demplot. Hal itulah yang mendorong kerjasama antara TNI (dalam hal ini Kodim 1619 Tabanan), dengan Yayasan Monumen Perjuangan Bangsal (MPB) di Gaji, Kab. Badung. Pihak MPB memiliki lahan seluas 4,26 hektar di Subak Labak, Batu Aji (Tabanan), dan diserahkan untuk dikelola oleh Kodim Tabanan. Dandim 1619 Tabanan Letkol. Inf. Hasan Abdulah (waktu itu) langsung terjun mengelola lahan itu, bersama-sama dengan anak-buahnya yang dipimpin oleh Danramil 1619-05/Kerambitan, Kapten Inf. Wongso, SH.
​Esensi dari kerjasama itu adalah memberikan percontohan di kawasan yang terpencil itu, agar petaninya bergairah untuk bertani. Diyakini bahwa kalau saja petani betul-betul mencurahkan niatnya di sawah untuk bertani, maka hasilnya pasti ada. Misalnya, dengan menanam berbagai tanaman (deversifikasi). Tidak hanya harus menanam padi. Kalau tokh menanam padi, maka harus ada inovasi. Misalnya dengan melakukan penanaman padi organik. Menanam padi hitam, merah, dll. Pihak TNI seharusnya tidak hanya berniat untuk memberikan hasil produksi dari lahan yang digarap itu. Namun yang lebih penting adalah untuk memberikan edukasi dan merubah prilaku petani.
​Sebetulnya tidak hanya itu. Dalam hal lahan yang airnya terbatas, maka TNI harus juga memperkenalkan sistem SRI (System of Rice Intensification) dan sistem jajar legowo kepada petani. Dalam hal ini, pihak Dinas Pertanian Tabanan harus segera turun tangan bersama TNI. Untuk apa? Untuk melakukan terobosan edukasi, yakni merubah prilaku petani di kawasan itu. Sistem SRI dan jajar legowo dapat memanfaatkan air yang terbatas, bibit yang efesien, dan hasilnya bisa meningkat 60-70% lebih tinggi. Hal ini tentu saja menguntungkan petani, kalau dilaksanakan dengan baik. Sebetulnya, inilah tugas utama dari TNI yang terjun ke sawah untuk bertani. Dengan demikian, kalau pada saatnya nanti pihak TNI harus sudah menarik diri dari lapangan (sawah), maka pihak petani dan subak harus sudah matang untuk berinovasi dalam bidang pertanian.  Pada saatnya nanti pihak subak harus dilibatkan, agar mereka dapat mengkoordinasikan era baru pertanian, di Subak Labak, Tabanan.
​   Secara fisik, pertanaman padi di kawasan demplot itu sudah baik. Pertanamannya hijau royo-royo. Mungkin karena effek organik. Kolam ikan sudah berhasil baik. Sebelum panen, maka mulai saat ini harus dipikirkan tentang pasar bagi produk di persawahan itu. Karena keluhan  petani saat ini adalah pasar. Misalnya, sebelum panen jagung (pada saat palawija yang lalu) harga jagung mencapai Rp. 5600/kg. Tetapi pada saat panen yang baru lalu, harganya merosot menjadi Rp. 3700/kg. Tentu saja petani sangat mengeluh. Lalu mereka mengeluh kepada siapa? Itulah memang problema petani kita. Pada saat menanam, maka tidak ada sarana produksi yang memadai yang bisa tersedia tepat waktu, dan harganya-pun tidak terjangkau. Kemudian pada saat panen, hasil produksinya merosot. Pajak PBB-nya juga naik tajam. Kalau begini, siapa yang tahan untuk tetap bertani? Mana bisa kita menarik anak-anak muda untuk bertani?
*) Penulis adalah Ketua Pusat Penelitian Subak Univ. Udayana.
Banner Bawah

Baca Artikel Menarik Lainnya : Festival Balingkang Kintamani 2019 untuk Gaet Turis Tiongkok ke Bali

Terpopuler

Bali Kebanjiran Timbulkan Kerusakan dan Trauma, Apa Strategi Mitigasi Pasca Rekor Hujan Ekstrem 10 September?

Bali Kebanjiran Timbulkan Kerusakan dan Trauma, Apa Strategi Mitigasi Pasca Rekor Hujan Ekstrem 10 September?

Garuda Wisnu Kencana dan Perubahan Sosial di Bali

Garuda Wisnu Kencana dan Perubahan Sosial di Bali

Undangan

Undangan

Gubernur Bali: Yayasan Kebaktian Proklamasi Harus Mampu Bangun Generasi Muda Bersaing Global

Gubernur Bali: Yayasan Kebaktian Proklamasi Harus Mampu Bangun Generasi Muda Bersaing Global

DPN PERADI SAI Mengangkat 64 Calon Advokat di Pengadilan Tinggi Denpasar, Diharapkan Advokat Baru Kuasi Teknologi

DPN PERADI SAI Mengangkat 64 Calon Advokat di Pengadilan Tinggi Denpasar, Diharapkan Advokat Baru Kuasi Teknologi

Danantara Dukung Pembanguan Waste to Energy di Bali, KMHDI Bali: Harus Lulus Uji Emisi

Danantara Dukung Pembanguan Waste to Energy di Bali, KMHDI Bali: Harus Lulus Uji Emisi