Banner Bawah

Kenangan Malam Seorang Janda Pejuang Kemerdekaan: Berbicara Tentang Suaminya MPB

Artaya - atnews

2019-04-03
Bagikan :
Dokumentasi dari - Kenangan Malam Seorang Janda Pejuang Kemerdekaan:
Berbicara Tentang Suaminya MPB
Slider 1

Oleh Wayan Windia
​Istilah “kenangan malam” (dalam judul), paling tidak, mengandung dua makna. Bahwa dialog kejuangan ini, dilakukan pada saat senja hari menjalang malam. Dan makna yang lain adalah, bahwa kenangan ini disampaikan oleh seorang janda tokoh pejuang Bali (Sunda Kecil) pada saat usianya sudah menjelang malam. Usianya sudah lebih dari 91 tahun. Tapi wajahnya tampak masih tetap segar. Ingatannya masih tajam, dan mandiri dalam hidupnya. Ia adalah Ibu Sudarmi WK, janda dari Bapak Made Widja Kusuma (alias Pak Joko). Ibu Sudarmi, ketika diminta menuliskan namanya, dengan tegas menuliskan kata “WK” di belakang nama kelahirannya. WK tentu saja adalah singkatan dari Widja Kusuma. Itu menunjukkan betapa setia dan cintanya Ibu Sudarmi kepada almarhum suaminya. “Suami saya mengatakan bahwa saya tidak boleh menuliskan nama saya sendiri. Harus menyebut Nyonya Widja Kusuma” katanya sejuk, sambil pandangannya menerawang. Mungkin masih terkenang alamarhum suaminya. Patut diketahui bahwa, Pak Joko adalah Ketua Pemuda Republik Indonesia (PRI) Bali, dan kemudian menjadi Wakil Pimpinan Dewan Perjuangan Republik Indonesia Sunda Kecil (DPRI-SK), yang dipimpin oleh Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai.
MPB SEBAGAI EMBRIO
​Apa kenangan yang disampaikan Bapak Joko pada saat-saat terakhir? Dikatakan bahwa tidak banyak yang disampaikan oleh Pak Joko pada saat-saat terakhirnya. Karena Pak Joko dikenal pendiam. Mungkin terlalu banyak pahit-getir perjuangan yang dikenangnya, hingga akhirnya terjadi proses penurunan pasukan gerilya.  Namun ada suatu hal, di mana Pak Joko berkali-kali menegaskan sikapnya. Bahwa embrio perjuangan kemerdekaan Indonesia di Bali, dimulai dari rumah Bangsal, yang kini dikenal sebagai Mosumen Perjuangan Bangsal (MPB). Ceritranya begini. Ketika penjajah Jepang masuk ke Bali, Pak Joko sempat bekerja pada perusahan Jepang. Karena Pak Joko orangnya cerdas, maka dengan cepat bisa menguasai Bahasa jepang. Lalu sangat disayang, karena bisa dengan cepat menerjemahkan maksud wong Jepang itu dalam aktivitas sosial.
​Tetapi nafas kebangsaannya tidak bisa dibendung. Pak Joko tidak bisa menerima perlakuan penjajah Jepang terhadap penduduk Bali. Jepang itu sangat kasar. Kalau ia tidak suka, maka penduduk bisa dipukuli, disiksa, dan bahkan dibunuh. Kekayaan penduduk dirampas untuk membiayai perangnya melawan sekutu. Lalu muncullah tekad Pak Joko untuk mencari teman-temannya yang berani dan sepaham. Diputuskan tempat pertemuannya di rumah alm. Bagus Made Wena di Gaji, yang dikenal dengan sebutan rumah Bangsal. Bangsal adalah sebuah tempat untuk bisnis kopra, dan bahan-bahan dagangan yang lain. Lalu dikenallah kawasan rumah itu sebagai rumah Bangsal. Sejak tahun 2008 rumah yang bersejarah itu direnovasi, dan kini dikenal dengan sebutan Monumen Perjuangan Bangsal (MPB).
​Resiko pertemuan-pertemuan yang membicarakan hal-hal yang anti-Jepang pada saat itu, sangat besar. Resikonya adalah, disiksa hingga babak belur dan kemudian bisa dibunuh. Tidak itu saja. Pihak keluarga bisa terkena imbas. Ikut mendapat siksaan dan intimidasi. Apalagi bagi yang punya rumah untuk pertemuan, seperti halnya alm Bagus Made Wena. Pasti mendapat siksaan yang lebih hebat. Tetapi tokh alm Bagus Made Wena masih berani. Hal itu menunjukkan, betapa semangat kebangsaan di kalangan para pejuang anti penjajah di Bali, sangat hebat sekali. Siksaan, pembunuhan, rumah dibakar hingga rata dengan tanah, keluarga diintimidasi dll, sama sekali tidak menjadi halangan untuk mencari siasat untuk bisa mengusir penjajah.
Padahal alm Bagus Made Wena adalah orang kaya, dan bisnisnya lancar. Tetapi tokh masih berani bertaruh darah. Pertemuan-pertemuan, dan sesekali melakukan aksi menentang penjajah, terus menerus dilakukan di MPB. Puncak pertemuan terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945. Sehari sebelum Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Menurut Pak Joko dalam memoarnya, bahwa di Bangsal-lah pertama kali diperkenalkan dan dikibarkan bendara merah putih, yang telah lama dipersiapkan sebagai bendera nasional. Kemudian setelah proklmasi dan terjadi perang kemerdekaan, maka MPB tetap menjadi markas untuk membantu para pejuang yang melakukan perang gerilya. Menurut pejuang Ibu Ida Ayu Wirati Dewangkara, bahwa dari MPB-lah bantuan kepada pejuang disalurkan, dan tempat singgah bagi para pejuang yang akan masuk hutan atau kembali ke kota.  
 PESAN PAK JOKO UNTUK ISTRINYA
​Sebagaimana umumnya kondisi ekonomi keluarga pada saat-saat setelah perang kemerdekaan, maka keluarga Pak Joko-pun mengalami masa-masa sulit. Meskipun sejatinya, Pak Joko bukan dari keluarga yang miskin. Ekonomi keluarga menjadi sulit, sebab putra-putrinya delapan orang, dan hanya hidup dari gajih, dan kemudian pensiun sebagai PNS. Dalam kondisi seperti itu, maka sang istri-lah yang menjadi tumpuan harapan untuk berkarya. Sang istri mendidik Pak Joko untuk berhemat. Merokok harus dikurangi. Satu batang rokok harus digunakan berkali-kali dalam sehari. Dimatikan dulu, kemudian dibakar lagi kalau ingin merokok. Karena ekonomi keluarga semakin sulit, maka Pak Joko dipaksa untuk berhenti merokok. Di samping untuk kesehatan, tetapi juga demi untuk keberlanjutan biaya dapur.
​Kemudian Ibu Joko menerapkan keahliannya merangkai bunga, dengan mendirikan perusahan Lely. Lalu mensuple karangan bunga ke berbagai hotel di Bali, yang pada saat itu mulai berkembang. Berkat kreaivitas ibu Joko, maka ekonomi keluarganya mulai bangkit. Pada saat itulah Pak Joko berpesan kepada istrinya agar semua anak-anaknya dilarang menjadi pegawai negeri (ASN). Harus hidup dalam dunia swasta, agar bisa menampung tenaga kerja. Pak Joko melihat, bahwa banyak sekali anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah, dan tidak bekerja. Dengan mendirikan perusahan, maka kaum penganggur bisa ditampung. Ini adalah bagian dari idealisme Pak Joko kepada bangsa dan negaranya. Sekecil apapun yang dapat diberikan kepada bangsanya, maka akan diberikan dengan ikhlas. “Memberi” itulah fondasi dasar bagi Generasi Pembebas, yang membebaskan negara ini dari penjajahan Jepang dan Belanda. Bahkan mereka dengan ikhlas memberikan tetesan darahnya yang terakhir. Demikianlah, saat ini semua anak-anak dari Pak Joko, bekerja dalam sektor swasta. Ada yang mengelola toko, bisnis cuci-mencuci, bisnis karangan bunga, hotel, dll. 
*) Penulis adalah Ketua Pusat Penelitian Subak Univ. Udayana, dan
Ketua Umum DHD Angkatan 45 Provinsi Bali.
Banner Bawah

Baca Artikel Menarik Lainnya : Dana Desa untuk Air Bersih Keperluan Rakyat

Terpopuler

Bali Kebanjiran Timbulkan Kerusakan dan Trauma, Apa Strategi Mitigasi Pasca Rekor Hujan Ekstrem 10 September?

Bali Kebanjiran Timbulkan Kerusakan dan Trauma, Apa Strategi Mitigasi Pasca Rekor Hujan Ekstrem 10 September?

Garuda Wisnu Kencana dan Perubahan Sosial di Bali

Garuda Wisnu Kencana dan Perubahan Sosial di Bali

ADVERTISING JAGIR
Official Youtube Channel

#Atnews #Jagir #SegerDumunTunas

ADVERTISING JAGIR Official Youtube Channel #Atnews #Jagir #SegerDumunTunas

Gubernur Bali: Yayasan Kebaktian Proklamasi Harus Mampu Bangun Generasi Muda Bersaing Global

Gubernur Bali: Yayasan Kebaktian Proklamasi Harus Mampu Bangun Generasi Muda Bersaing Global

DPN PERADI SAI Mengangkat 64 Calon Advokat di Pengadilan Tinggi Denpasar, Diharapkan Advokat Baru Kuasi Teknologi

DPN PERADI SAI Mengangkat 64 Calon Advokat di Pengadilan Tinggi Denpasar, Diharapkan Advokat Baru Kuasi Teknologi

Danantara Dukung Pembanguan Waste to Energy di Bali, KMHDI Bali: Harus Lulus Uji Emisi

Danantara Dukung Pembanguan Waste to Energy di Bali, KMHDI Bali: Harus Lulus Uji Emisi