Jakarta (Atnews) - Pelaku Usaha Ketut Suardhana Linggih yang juga Mantan Wakil Ketua KADIN Pusat Bidang Perdagangan saat Menteri Perdagangan Maria Elka Pangestu merespon kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang akhirnya mengumumkan tarif import kepada Indonesia besaran 32 persen.
Ia juga kerap ikut sebagai delegasi membahas perundingan aturan - aturan di World Trade Organization (WTO). Perihal kebijakan Presiden Trump itu berbagai negara menganggap bahwa ini adalah pemicu adanya perang tarif/perang dagang.
"Sebelum melangkah lebih jauh, kita perlu cermati bahwa ini bukanlah perang tarif atau perang dagang semata tetapi merupakan rangkaian reformasi ekonomi yang dilakukan oleh Amerika Serikat," kata Suardhana di Jakarta, Kamis (3/4).
Hal itu akan berdampak pada tatanan baru ekonomi dunia atau praktek baru dalam sistem perdagangan dunia yang terlepas dari ikatan WTO atau aturan perdagangan global yang dianut sejak 1996.
Gerakan "liberation day "ini sudah dimulai sejak pengumuman USA keluar dari WHO, menghapus USAID, USA keluar dari perjanjian Paris tentang perubahan iklim, ancang-ancang melepaskan diri dari ketergantungan terhadap The Fed, menebitkan stabel coin berbasis crypto (Trump USA1 dan DOGE Coin), melakukan efisiensi anggaran dengan membentuk DOGE, dan kebijakan - kebijakan strategis lainnya.
Pemerintah Amerika menyadarai bahwa kebijakan kontroversial diatas akan berdampak negatif terjadi benturan sesaat/goyangan pada perekonomian Amerika maupun perekonomian belahan dunia lainnya.
Namun "pengorbanan " itu dianggap hanya berlangsung jangka pendek demi tujuan jangka panjang Amerika dalam rangka menyelamatkan perekonomiannya yang mulai tertekan dan menjaga keberlangsungan sebagai negara sejahtera dan mempertahankan diri sebagai Pemimpin Dunia, demikian dalih Menteri Keuangan US Scott Bessent dalam beberapa kesempatan.
Kebijakan itu diterapkan, barangkali karena selama 1-2 dekade terakhir (Kemajuan Ekonomi China 2015-2025 yang sangat pesat ) dan berhasil menyusul kekuatan ekonomi Amerika ? Hal itu terjadi karena dianggap China mampu berkompetisi pada situasi dunia yang menganut sistem aturan WTO?
Step selanjutnya Pemerintah China mendeklarasikan 5 tahun program percepatan pembangunan 2024-2029 yang berpotensi sangat besar menyalip dominansi ekonomi Amerika.
Demikian barangkali salah satu pemicu keluarnya "liberation day USA", disamping agenda - agenda besar lainnya termasuk mungkin reposisi peranan The Fed terkait tata ulang peredaran uang dan aturan mata uang Dunia / Global Currency Reset (GCR).
Dengan telah dideklarasikannya genderang Liberation Day tersebut yang mana Indonesia terkena tarif import sebesar 32%, tentu sangat berpengaruh terhadap perekonomian dalam negeri .
"Apakah kita suka atau tidak suka dengan keadaan ini ? sebagai warga dunia, barangkali ada baiknya semua pihak mengantisipasi secara dini dengan menata ulang kegiatan masing- masing , tidak hanya mengandalkan Pemerintah saja yang mengantisipasi keadaan ini," pungkasnya. (GAB/001)