Oleh Jro Gde Sudibya
Kang Dedi Mulyadi (KDM), pemimpin fenomenal masa kini, berangkat sebut saja dari spirit Alam Raya, yang terwadahi dalam Peradaban Natar Sunda, berbicara dan berbuat tentang nilai-nilai universal kehidupan: Alam yang harus diselamatkan, pemimpin yang melayani, birokrasi yang peduli, empati pada "wong cilik", dalam bahasa studi pembangunan "preferential for the poor", melalui tindakan nyata, dengan mengorbankan privilege yang dia punya selaku Gubernur Jawa Barat.
Kerusakan Alam tidak bisa lagi ditolerensi, membahayakan masa depan penghuninya, akibat "pat gulipat" kekuasaan yang sarat moral hazard, yang menguntungkan segelintir elite yang serakah.
Birokrasi mesti "ngemong", membimbing, melindungi kepentingan rakyat yang harus dilayani, sebut saja dalam memperbaiki "public utilities" dari: jalan, sarana umum, fasilitas bagi kaum papa.
Punya keberanian tinggi dalam: mengakui adanya persoalan kritis yang harus dihadapi, menghadapinya di lapangan, dalam suasana lapangan yang keras, punya rasa percaya diri tinggi, tetap rendah hati, tetapi berdiri kukuh melawan ketidak-beresan di lapangan. Bukan sikap pengecut, "bersembunyi" di belakang aturan birokrasikasi yang "mencekik", red tap bereucratic -.
Melakukan terobosan kepemimpinan - leadership break trought-, untuk isu-isu yang "mencekik" rakyat, dengan harapan plus sistem yang kelihatannya akan di design, para bupati, walikota yang jumlahnya puluhan di Jawa Barat akan mengikuti spirit dan gaya kepemimpinan Sang Gubernur.
KDM, pemimpin melawan arus - again the stream leader -, yang sekarang berciri umum: korup, "aji mumpung", KKN.
KDM, telah mengetuk pintu kesejarahan kepemimpinan negeri ini, sekaligus mengingatkan kemulyaan kepemimpinan para perintis negeri ini di masa lalu.
Di tengah geo politik global yang begitu fragile, dengan ancaman perang tarif dan perang dagang, dan Indonesia dalam bayang-bayang risiko negara gagal (failed state), spirit, visi, komitment, model kepemimpinan KDM nyaris tak terhindarkan.
*) Jro Gde Sudibya, pengamat: ekonomi, kebudayaan dan kecenderungan masa depan.