Banner Bawah

Biaya Hidup di Bali Cendrung Naik dan Mahal

Admin - atnews

2025-05-19
Bagikan :
Dokumentasi dari - Biaya Hidup di Bali Cendrung Naik dan Mahal
Viraguna Bagoes Oka (ist/Atnews)

Oleh  Viraguna Bagoes Oka

BALI ERA 1970-1980
Bali yang sudah kesohor dan dikenal mendunia sebagai Pulau Seribu Pura atau Pulau Dewata (era tahun 1970 s/d 1980-an) sudah sangat terkenal dan digandrungi oleh wisatawan manca negara karena keindahan alamnya yang unik dan harmoni, budaya/kesenian dan adatnya istiadatnya yang mempesona.

Sumber kehidupan dan mata pencaharian masyarakst Bali kala itu ditopang sepenuhnya oleh kekayaan alam semesta serta serta bersumber dari pertanian dan didukung oleh sistem “ Subak” yang telah mendunia membuat produktifitas pertanian Bali serta di era tersebut serta hasil perkebunan/buah di Bali menjadi salah satu eksportir beras/kopi /buah tertinggi di Indonesia.

Selain itu, sikap/perilaku dan keramah tamahan masyarakatnya yang dikenal santun dan penuh keakraban serta kasih sayang berlandaskan “Tatwa (Nilai/norma luhur dan karma), Susila (etika dan perilaku berbasis Tri Kaya Parisuda) serta Upakara (berbasis persembahan tulus ikhlas)”

BALI ERA 1980-1990
Era 1980-1990-an adalah Bali yang bertumbuh pesat diberbagai bidang mulai pertanian, perkebunan hingga pariwisata yang bergerak maju pesat bak gadis cantik idaman wisatawan manca negara , sehingga sering muncul slogan wisman kala itu “i want to live and die in Bali”.

BALI ERA 1990-2000
Hingga tiba puncak keemasannya Bali yaitu : Bali era 1990-2000-an dengan julukan : “ Bali Sorga Dunia dan Bali yang tidak ada matinya”.

Bali diserbu oleh berbagai kalangan dari manca negara (wisman) dan wisdom untuk tujuan : Bisnis Pariwisata, Bisnis/Perdagangan Jasa hiburan/travel ; Bisnis investasi property/spekulan tanah hingga Bisnis Kuliner serta bisnis gaya hidup (life Style/Leisure).

Di Era 1990-2000an ini, migrasi dan urbanisasi penduduk memasuki Bali tumbuh pesat tidak terbendung untuk hidup dan menetap serta ingin mengadu nasib untuk hidup masa tua/ mati di Bali. 
Puncak dari urbanisasi menyerbu Bali terjadi saat pecahnya kerusuhan sosial/rasial tahun 1998 (akibat Krisis Moneter/Krismon 1998), Bali yang dianggap paling aman dan paling damai/nyaman untuk hidup pasca krismon membuat Bali menjadi tujuan utama /destinasi wisman/wisdom.

Bahkan setelah terjadi tragedi Bom Bali 1 dan Bom Bali 2 di Tahun 2002, tanpa dampak yang berarti , cepat dan pasti Bali telah tetap menjadi incaran wisman dan wisdom.

Dampaknya bagi masyarakat Bali di era ini, sangat mudah bisa ditebak masyarakat Bali sangat menikmati perubahan ini dan terbuai oleh situasi yang ada dan secara pasti masyarakatnya mulai beruforia meninggalkan pertanian/perkebunannya yang dianggap kurang/tidak bergengsi untuk menyongsong gaya hidup hedonis/mentereng sebagai pelaku pariwisata modern antara lain dengan perilaku serba ingin cepat/instant kaya meninggalkan/menjual lahan pertaniannya yang harga jualnya bak berlian untuk menjadi milyarder dadakan yang berakibat fatal dan mewujudkan potensi  bom waktu dahsyat bagi krama Bali dan kerabat/keturunannya di masa depan.

Apa arti dari semuanya ini? Ternyata animo besar dari masyarakat kita saat ini telah bergeser drastis dari orientasi berkarya produktif dan mulai sesuai tatwa, susila dan upakara kearifan lokalnya Bali yang sangat mulia telah beralih drastis, antara lain munculnya keinginan kuat dan pergeseran minat dari generasi muda saat ini yang telah kebablasan berkeinginan kuat untuk beralih untuk profesi pragmatis menjadi politisi (suryak siyu)  yang silau dengan jabatan/kekuasaan/materi sesaat semata untuk bisa menjadi  pemimpin/ penguasa masa depan  lewat jalur politik di parlemen/ wakil rakyat / pemimpin petugas partai yang dianggap sbg profesi yang lebih bergengsi dan mapan.

Bagaimana menyikapi dan mengatasi semua permasalahan akut yang sudah membudaya yang dihadapi masyarakat  kita tersebut? 

Saat ini sudah saatnya kita wajib untuk mengambil langkah-langkah dan terobosan serta upaya mendasar antara lain dng mengedepankan pendidikan karakter bebasis perilaku/sikap (attitude) ; Kebisaaan/etika (habit) ; budaya kerja (culture) dan Berkarya Produktif berbasis Dunia Usaha (Business Oriented) bagi generasi muda kita sejak usia dini sebagai prasyarat mewujudkan impian seluruh rakyat Indonesia menuju Politik Kekuasaan/Kepemimpinan Nasional yang Kompeten, Kredibel, Berintegritas dan Terpercaya menyongsong Indonesia Emas 2025.

Adapun prasyarat bagi generasi muda kita yang perlu diterapkan sejak usia dini adalah proses pendidikan berjenjang yang a.l berbasis  : 

- PERILAKU/SIKAP Sejak usia dini sudah terbiasa disiplin, kreatif, konsisten dan membiasakan diri bersikap/berperilaku /komitmen untuk menyiapkan dan mengerjakan segala aktifitasnya yang tidak mengandalkan/bantuan orang lain (mulai bersihkan kamar, cuci/steteriks pakaian dan terbiasa membuat makanan sendiri/self service).

- ⁠KEBIASAAN/KOMITMEN (habit) tahap selanjutnya untuk peduli kebersihan lingkungan dan perawatan sarana pendukung di tempat  tinggal sehingga bisa menjadi kebiasaan tertib dan rapi setiap hari sebelum keluar rumah/ beraktifitas diluar rumah untuk menjadi tangguh didunia nyata (street smart)

- ⁠BUDAYA( CULTURE) mumpuni dan mampi bertindak effisien/effektif, cermat, jujur dan perduli sesama untuk senantiasa berkarya produktif berjiwa petarung yang penuh kegairahan, kegembiraan dan berhasil guna.

- ⁠BUDAYA WIRA USAHA(BUSINESSMAN ORIENTED) , yaitu mewujudkan budaya businessman teladan sebagai way of life. Dan manakala telah berhasil menjadi wira usaha mandiri dilanjutkan dengan peluang untuk bisa bertumbuh berpenghasilan secara bertahap cukup dan mampu berbisnis mandiri, hingga pada gilirannya bisa menjadi Businesman panutan yang sukses sebagaimana yang dicontohkan dalam business model 4 qudrannya Robert T Kiyosaki yang terkenal dalam bukunya “RICH DAD & POOR DAD” yaitu : bisa mencapai tahap puncak sebagai  investor sejati ( yaitu : Tahap ke 4 kehidupan dimana saatnya uang yang bekerja untuk kita/money work for us instead of keep working as an employee for good).

- TAHAP BEBAS KEUANGAN ( FINANCIAL FREEDOM), adalah tingkatan kehidupan Robert T Kiyosaki ( Tahap 4: status materi berkecukupan/mapan dan cukup modal ), adalah saat yang tepat untuk bersiap bisa memulai utk terjun langsung menjadi politisi sejati “Politik dng Prinsip Kebenaran/Kepatutan” (inspirasi Seven Sosial Sin ala MK Gandhi) adalah : saat yang tepat untuk mulai ikut berpartisipasi dalam pengabdian bagi negeri tercinta (level financial freedom) yang eligible untuk menjadi wakil Rakyat atau Penguasa/Pejabat yang siap dan mampu ikut berjuang berpihak kepada rakyat (karena telah memahami complexity dan tahu mencari solusi serta telah memiliki logistik yang mumpuni) sehingga bisa mewujudkan mimpi kita ikut membangun negeri ( yang bebas KKN ) untuk menuju Indonesia Emas 2045.

Pemimpin Bali kedepan sudah saatnya walaupun terlambat untuk mau melakukan terobosan sebagaimana yang telah ditempuh dan dilakukan secara nyata oleh pemimpin Jawa Barat seperti  KDM (Kang Dedi Mulyadi) untuk Bali bisa kembali bangkit kepada nilai-nilai dengan semangat serta ke kekuatan yang diwariskan oleh para leluhur kita berlandaskan Tatwa, Susila dan Upakara dan  Tri Kaya Parisudha serta Tri Hita Karananya.

“Disadari bahwa perubahan pasti terjadi, Tiada yang Kekal /Annica. Tinggalkan Pengalaman Buruk dibawah sadar dari memori. Kita sambut Kesehatan, Ketenangan dan Kebahagiaan yang Harmoni".

*) Penulis, Pemerhati masalah Keuangan/Perbankan dan Sosial
Banner Bawah

Baca Artikel Menarik Lainnya : 23 Perwira Tinggi TNI Naik Pangkat

Terpopuler

Bali Kebanjiran Timbulkan Kerusakan dan Trauma, Apa Strategi Mitigasi Pasca Rekor Hujan Ekstrem 10 September?

Bali Kebanjiran Timbulkan Kerusakan dan Trauma, Apa Strategi Mitigasi Pasca Rekor Hujan Ekstrem 10 September?

Garuda Wisnu Kencana dan Perubahan Sosial di Bali

Garuda Wisnu Kencana dan Perubahan Sosial di Bali

Undangan

Undangan

Gandhi Jayanthi, Tujuh Dosa Sosial, Ekspresi Masyarakat di Titik Nadir Etika dan Moralitas

Gandhi Jayanthi, Tujuh Dosa Sosial, Ekspresi Masyarakat di Titik Nadir Etika dan Moralitas

Perlindungan Sapi, Selamatkan Lingkungan

Perlindungan Sapi, Selamatkan Lingkungan

Pemuliaan Sapi, Pendekatan Teologi, Bukti Empirik dari Pendekatan Induktif

Pemuliaan Sapi, Pendekatan Teologi, Bukti Empirik dari Pendekatan Induktif