Lanjutkan Warisan Leluhur; Penobatan Ida Cokorda Mengwi ke-13, Dihadiri Ketua DPD RI, Gubernur, Mangku Pastika, Bupati - Ketua DPRD Badung
Admin - atnews
2025-07-07
Bagikan :
Penobatan Ida Cokorda Mengwi ke-13 (Artaya/Atnews)
Badung (Atnews) - Upacara Penobatan atau Penumadegan Ida Cokorda Mengwi ke-13 di Pura Taman Ayun Mengwi, Senin (7/7).
Dalam upacara sakral Abhiseka Ida Cokorda yakni Penglingsir Puri Ageng Mengwi, Anak Agung Gde Agung bersama Istri.
Acara dihadiri Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Sultan Bachtiar Najamudin, Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPR RI Indra Iskandar, Anggota DPD RI Dapil Bali Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Raja Kesultanan Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bersama Gusti Kanjeng Ratu Hemas, Gubernur Bali Wayan Koster, Panglingsir Puri Klungkung Ida Dalem Semara Putra, Ketua MKMK Prof I Dewa Gede Palguna, Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa didampingi Nyonya Rasniathi Adi Arnawa, bersama Wakil Bupati Badung Bagus Alit Sucipta, Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, Ketua DPRD Kabupaten Badung I Gusti Anom Gumanti, Tokoh Masyarakat Made Mangku Pastika yang Gubernur Bali dua periode 2008-2018, Ida Gede Sudikerta yang juga Mantan Wakil Gubernur Bali dan Mantan Wabup Badung, Prof. Dr. I Made Bandem, MA selaku Pembina Yayasan Widya Dharma Shanti, Mantan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati yang juga Ketua PHRI Bali, I Wayan Geredeg, S.H., Bupati Karangasem dua periode yakni 2005–2010 dan 2010–2015.
Hadir pula Puri Ageng Klungkung, Puri Ageng Karangasem, DPRD Badung, Mangu Kertha Mandala Mengwi dan Angga Puri.
Prosesi diawali Peed Agung, dimana dalam prosesi ini Bupati Wayan Adi Arnawa dan Wabup. Bagus Alit Sucipta mendampingi Gubernur Bali Wayan Koster dan AA. Gde Agung berjalan dari Puri Ageng Mengwi menuju Pura Taman Ayun. Di Pura Taman Ayun dilaksanakan upacara mejaya-jaya dan upacara Abhiseka Ida Cokorda yang dipuput 11 Sulinggih.
Dengan upacara mejaya-jaya, AA. Gde Agung diberikan gelar Abhiseka Ratu, Ida Cokorda Mengwi XIII dan Istri Beliau Mabiseka Ratu, Ida Istri Mengwi.
Ida Cokorda Mengwi XIII menggantikan sang ayah, Ida Cokorda Mengwi XII yang mangkat pada tahun 2001 silam.
Prosesi Abhiseka tersebut dipuput oleh 11 orang sulinggih. Proses dipimpin oleh Bagawanta Puri Ageng Mengwi, Ida Pedanda Gede Putra Pemaron dan Ida Pedanda Gede Putra Kekeran.
Prosesi mejaya-jaya memiliki makna pemberian restu secara niskala untuk menjalankan dharma kepemimpinan dan dharma masyarakat. Upacara dilanjutkan metapak kebo, pemberian gelar Bhiseka Ida Cokorda oleh Ida Bhagawanta dan pemasangan Pin simbol keabsahan. Penyerahan tongkat kerajaan oleh Ida Dalem dan pemasangan destar sebagai lambang Bhiseka atau pengangkatan resmi.
Ketua DPD RI Sultan Bachtiar memberikaan apresiasi acara itu yang penuh sakral dan taksu serta karisma.
Acara itu menjadi tonggak sejarah tidak pernah terlupakan. "Saya pribadi apresiasi yang tulus, begitu juga lembaga," ujarnya.
Kegiatan itu sebagai langkah nyata menjaga warisan budaya, Melanjutkan warisan leluhur tidak hanya sisi spiritual dan simbolis. Tetapi dalam pelestarisn tradisi.
Kerajaan Mengwi yang besar dengan Raja Mengwi pertama yang bertakhta di Puri Ageng Mengwi pada abad ke-17 bernama Cokorda Sakti Blambangan. Sebelum bergelar Cokorda Sakti Blambangan, beliau bernama I Gusti Agung Putu yang merupakan putra patih Kerajaan Gelgel yakni I Gusti Agung Maruti.
Kerjaan besar Mengwi memperjuangkan kesejahteraan sesuai Tri Hita Karana.
Terlebih upacara dilaksanakan di utamaning mandala Pura Taman Ayun sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) dari UNESCO, berdiri anggun nyegara gunung.
Pada kesempatan tersebut Bupati Adi Arnawa atas nama pemerintah dan masyarakat Badung sangat mengapresiasi dan memberikan ucapan selamat atas penobatan Penglingsir Puri Ageng Mengwi AA. Gde Agung Abiseka Ratu Ida Cokorda Mengwi XIII.
Tentu kegiatan ini sebagai salah satu bentuk pelestarian adat, tradisi dan budaya khususnya di Kabupaten Badung.
Diharapkan dengan penobatan ini peradaban di bali, baik itu budaya dan adat istiadat tetap terjaga dengan baik. Yang terpenting lagi melalui upacara ini, generasi muda akan memahami tentang perjalanan sejarah kerajaan di Badung.
"Mudah-mudahan dengan penobatan ini, akan semakin banyak menambah khasanah budaya di Bali khususnya di Badung," tambahnya. (GAB/001)