Banner Bawah

Lukisan Hasil Penyandang Disabilitas Tembus Pasar Mancanegara

Atmadja - atnews

2019-06-28
Bagikan :
Dokumentasi dari - Lukisan Hasil Penyandang Disabilitas Tembus Pasar Mancanegara
Slider 1

Buleleng,  28/6 (Atnews) - Kadek Windari (29), tinggal Dusun Yehanakan, Desa Banjarasem, Seririt, Buleleng, dia bersama Kakaknya Putu Agus Setiawan(33) sudah menyandang disabilitas sejak usianya masih kecil. Tapi kondisi itu tak menghalanginya untuk terus berkarya dan berekspresi melalui seni rupa.
Agus dan Windari adalah anak dari pasangan almarhum Ketut Punia dan Komang Warsiki, perempuan kelahiran tahun 1990 ini lantas tak patah semangat dengan keadaan yang dia derita,  “Saya mulai mengalami kelumpuhan saat usia 6 tahun dan hingga kini saya tidak bisa berjalan begitupun dengan kakak saya,” ucap Kadek Winda saat atnews kunjungi kerumahnya Jumat (28/6)
Sang kakak Agus, juga menderita kelumpuhan, sama seperti yang dia derita.  Perempuan yang akrab disapa Winda itu menuturkan jika keluarganya sempat membawanya ke rumah sakit untuk mengetahui penyebab kelumpuhan tersebut, namun sudah beberapa rumah sakit ia datangi tak satu pun yang mengetahui penyebab dari kelumpuhan itu.
Dokter spesialis seakan menyerah karena tidak menemukan jenis penyakit yang menyerang tubuh mereka. Kondisi tersebut  berimbas pada pendidikan, Winda dan kakaknya Agus Setiawan, harus memendam jauh keinginannya untuk mengenyam pendidikan di bangku sekolah. 
Melihat hal demikian tak lantas membuat putus asa, dari tangan kasih sayang sang ibulah mereka mulai belajar.
Kondisi ekonomi juga menjadi alasan saat itu orang tuanya tidak mampu membelikan peralatan tulis, lalu mereka belajar diatas tanah. Berhitung, belajar menulis hingga membaca kami lakukan diatas tanah dengan bantuan lidi untuk alat menulis.
Di tahun 2002, Winda bersama keluarganya pindah ke kampung halaman sang ibu di Dusun Yehanakan, Desa Banjarasem Kabupaten Buleleng untuk menjalani kehidupan barunya.
Usia nya baru sekitar 12 tahun pindah ke kampung halaman Ibu di Singaraja mengingat Ibunya ikut ayah ke Gianyar. Saat berada di Singaraja, Winda beserta saudaranya tak lantas bisa sukses seperti saat ini, banyak proses yang ia lalui bersama sang kakak.
Bahkan semangatnya untuk menjalani hidup ia dapatkan dari kebiasaannya membaca buku Mahatma Gandhi yang mengajarkannya untuk hidup lebih kuat, semakin tabah dan terus berjuang.
Perempuan yang mengaku vegetarian ini sadar bahwa setiap orang terlahir dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing. “Hidup itu tidak mudah tak peduli kita itu siapa, tapi saat kita mampu menjalani kehidupan ini dengan penuh keiklasan maka semua akan lebih menyenangkan,” ungkapnya.
Selama menjalani proses dan bangkit dari keterpurukan, Winda menyadari jika ia memiliki sebuah potensi besar yang ia bisa kembangkan yakni dengan melukis. Berawal dari melukis di atas kertas, melukis Dewi Kwan In atau Sang Budha yang dia temukan di kertas label dupa.
Pada tahun 2015 dia baru memulai menggunakan kanvas sebagai media untuk melukisnya, dia diperkenalkan media kanvas dari seorang dermawan. Sebenarnya melukis ini dia lakukan untuk melupakan rasa jenuh seharian berada di rumah.
Winda melukis di atas kanvas berukuran paling besar 60x90 sentimeter sebab jika lebih dari itu dirinya tidak sanggup untuk menggapainya. Lukisan nya berkisar Rp 1-2 juta dengan pertimbangan kerumitan dan warna untuk menentukan harga.
Hasil karya Winda yang lebih banyak mengangkat tema tradisional Bali itu sudah dipamerkan ke berbagai negara di dunia seperti Amerika, Australia, Asia bahkan hingga ke Eropa. “Kalau di Indonesia sendiri cukup banyak yang membelinya,” ucapnya.
Tidak hanya menjual, ternyata anak kedua dari tiga bersaudara ini juga cukup aktif dalam kegiatan sosial seperti ikut lelang dalam kegiatan bersama Yayasan Peduli Kanker. “Jadi dalam proses lelang itu uang yang diperoleh akan disumbangkan ke Yayasan Kangker atau ke acara yang saya ikuti,” ungkapnya
Di mana kekurangan bukanlah sebuah halangan untuk membatasi diri saling berbagi. Bahagia adalah saat kita bisa berbagi cinta kasih kepada sesama.
Dia juga menambahkan jika memiliki rezeki harus di bagi untuk keluarga dan juga sesama. “Ini juga bagian dari menjalani kehidupan dan berbahagialah selalu,” ungkapnya.
Dalam sebulan Winda mampu menyelesaikan lukisan antara dua hingga lima lukisan. “Lukisan ini prosesnya tergantung tingkat kerumitannya tapi paling lama saya kerjakan dua minggu,” ungkapnya. Winda juga mengaku saat ini tengah mempersiapkan diri untuk pameran bersama  tahun ini. (yog/02).
Banner Bawah

Baca Artikel Menarik Lainnya : Jangan Dilupakan Sejarah Perjalanan Mpu Baradah di Bali

Terpopuler

Bali Kebanjiran Timbulkan Kerusakan dan Trauma, Apa Strategi Mitigasi Pasca Rekor Hujan Ekstrem 10 September?

Bali Kebanjiran Timbulkan Kerusakan dan Trauma, Apa Strategi Mitigasi Pasca Rekor Hujan Ekstrem 10 September?

Garuda Wisnu Kencana dan Perubahan Sosial di Bali

Garuda Wisnu Kencana dan Perubahan Sosial di Bali

Sewa Pertokoan di Dalung

Sewa Pertokoan di Dalung

Gubernur Bali: Yayasan Kebaktian Proklamasi Harus Mampu Bangun Generasi Muda Bersaing Global

Gubernur Bali: Yayasan Kebaktian Proklamasi Harus Mampu Bangun Generasi Muda Bersaing Global

DPN PERADI SAI Mengangkat 64 Calon Advokat di Pengadilan Tinggi Denpasar, Diharapkan Advokat Baru Kuasi Teknologi

DPN PERADI SAI Mengangkat 64 Calon Advokat di Pengadilan Tinggi Denpasar, Diharapkan Advokat Baru Kuasi Teknologi

Danantara Dukung Pembanguan Waste to Energy di Bali, KMHDI Bali: Harus Lulus Uji Emisi

Danantara Dukung Pembanguan Waste to Energy di Bali, KMHDI Bali: Harus Lulus Uji Emisi