Bangli, 7/7 (Atnews) -- Memasuki bulan Agustus, petani jeruk di Kintamani, Kabupaten Bangli, bakal memasuki musim panen raya. Berkaitan dengan musim panen ini, Anggota DPRD Bangli I Nengah Sugiman meminta Dinas Ketahatan Pangan (PKP) terus melakukan pemantauan harga dan turun ke lapangan sehingga harga jeruk tetap stabil.
“Kita tidak ingin harga jeruk kembali jatuh seperti panen sebelumnya. Dimana, saat itu petani kebingungan karena harga jeruk sangat murah,” jelas politisi Hanura ini saat dikonfirmasi, Minggu (07/07)
Jatuhnya harga jeruk saat panen, jelas dia, membuat petani terpuruk, mengingat hasil penen tidak sebanding dengan kos yang dikeluarkan. Pasalnya, perawatan jeruk memakan biaya yang cukup tinggi. Jadi kalau harga kembali jatuh, sudah tentu petani akan merugi. “Kita harap intansi terkait menjajaki pangsa pasar sehingga harga jeruk tidak sampai jatuh,” pinta Ketua Hanura Bangli ini.
Disinggung soal harga jeruk saat ini, jelas pria berkumis ini, kalau harga saat ini bisa bertahan hingga musim panen mendatang, sudah tentu petani akan bisa memetik keuntungan. Dimana, saat ini harga jeruk berkisar antara Rp 3.500 hingga Rp 4 ribu di tingkat petani belum termasuk ongkos petik. “Dengan harga ini petani sudah tentu bisa menikmati untung.
Sementara kalau harganya dibawah Rp 5 ribu petani sudah merugi,”tegas anggota dewan yang juga pemilik kebun jeruk tersebut.
Sementara itu salah seorang petani di Kintamani I Wayan Rata, menyebutkan memasuki bulan Agustus nanti petani jeruk di wilayahnya memang tengah memasuki musim panen. Dikatakan, produksi jeruk saat ini diperkirakan akan menurun akibat pengaruh cuaca.
Selain itu, dari segi kualitas juga akan turun mengingat cuaca tidak menentu,semestinya musin panas, namun belakangan ini kadang-kadang hujan. “Biasanya kualitas rasa jeruk akan bagus saat masa penen bersamaan dengan musim panas. Kalau saat penen daun jeruk sampai kelihatan rada-rada layu, maka diyakni rasanya akan bagus,”jelasnya.
Dia menjelaskan, saat ini harga jeruk tergolong belum stabil. Jika mendekati kisaran harga Rp 6000 hingga Rp9.000 per kilo. Dia berharap harga ini nantinya harga bertahan hingga musim panen yang akan dilakukan beberapa bulan lagi, walaupun kini mulai panen. “Kalau panen sebelumnya harga jeruk sempat anjlok di pasaran. Akibatnya pengepul jarang yang mau datang ke kebun, kalau mau harganya dibawah standar sehingga merugikan petani,“ ujarnya. (Anggi/02)