Denpasar, 3/12 (Atnews) - Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) STIKOM Bali dan Yayasan Widya Dharma Shanti (WDS) akan menempuh jalur hukum terhadap penyebar informasi bohong yang merusak citra lembaganya.
Oleh karena, informasi yang bertajuk “Masyarakat Bali vs STIKOM Bali Scorenya 4:0” yang dibagikan kembali oleh sebuah akun pada Jumat, 29 November 2019 pada pukul 12:11 PM.
Hal itu diketahui dari penelusuran tim forensik digital ITB STIKOM Bali, konten bersumber dari postingan lama, 28 November 2015 di facebook.
"Konten lama yang didaur ulang ini diteruskan melalui Whatsapp dan nampaknya secara khusus menargetkan grup Whatsapp beranggotakan warga Bali," kata Pembina Yayasan WDS Prof. I Made Bandem ketika tatap muka kepada wartawan di Denpasar, Selasa (3/12).
Hadir pula Rektor ITB STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan, Ketua Yayasan WDS Drs. Ida Bagus Dharmadiaksa, M.Si., Ak., Wakil Ketua Yayasan I Made Marlowe Makaradhwaja Bandem, B.Bus, dan Pengawas Yayasan Ir. I Nyoman Swastika, MT.
Ia menyayangkan, informasi bermuatan SARA ramai dishare di Whatsapp tanpa mengecek kebenaran konten dan tanpa mengonfirmasi kebenarannya ke ITB STIKOM Bali.
Sementara Wakil Ketua Yayasan Marlowe Bandem mertanyakan kenapa memosting ulang konten lama dari 28 November 2015 dan menyamarkannya sebagai konten baru? Permasalahan tahun 2015 yang dikaitan dengan saudara Dadang Hermawan dan STIKOM Bali sudah tuntas setelah ada klarifikasi dari yang bersangkutan, dan diterima dengan lega oleh publik luas.
“Informasi ini tak hanya merugikan ITB STIKOM BALI, namun terpenting, hoax dan ujaran kebencian ini meresahkan dan berpotensi memecah-belah kerukunan, kepercayaan, dan kedamaian yang terus kita perjuangkan bersama-sama di Bali dan Indonesia,” lanjut Marlowe Bandem.
Ketua Yayasan WDS Ida Bagus Dharmadiaksa menegaskan, isu ada ISIS di ITB STIKOM Bali sangat mengada-ada.
“Pendiri STIKOM Bali itu kami empat orang, dua muslim pak Dadang dan Pak Satrya, dua Hindu saya sendiri Ida Bagus Dharmadiaksa dan Prof. Bandem. Di mana ISIS itu?,” cetus Dharmadiaksa retoris.
Menjawab wartawan tentang posisinya di pengurus MES Bali, Dadang Hermawan mengatakan jabatannya sebagai ketus MES Bali vakum sejak 4 tahun lalu dan sesuai aturan sudah demisioner.
Sedangkan mengenai nomor polisi mobil operasional DK 1515 sebanyak 4 unit dibeli tahun 2009, jauh sebelum ISIS muncul tahun 2015. Tiga mobil juga sdh lama dijual, dan sekarang tinggal 1 unit. Kerja sama dengan bank Muamalat sudah putus 2 tahun lalu dan sekarang ITB STIKOM Bali bekerja sama dengan Bank Maspion.
Para ketua organisasi mahasiswa seperti Ketua Sema, Ketua Balma, Ketua KMHD, Ketua MCOS dan Ketua Persaudaraan Mahasiswa Kristen juga tampil memberikan testimoni tentang suasana kehidupan kampus selama ini. Semuanya mambantah informasi tersebut.
Keseriusan ITB STIKOM Bali memperkarakan penyebar informasi tersebut terlihat dari pernyataan sikap yang dibacakan oleh Prof. Made Bandem.
Diawali dengan kisah pendirian STMIK STIKOM Bali tahun 2002 sebagai bentuk kecintaan dan komitmen para pendiri yaitu Prof. Made Bandem, Ida Bagus Dharmadiaksa, Dadang Hermawan, dan Satrya Dharma karena saat itu di Bali belum ada perguruan tinggi di bidang TIK.
Mereka yakin TIK akan menjadi salah satu bidang ilmu yang merubah dunia, para pendiri pun berkolaborasi, berjuang, dan bekerja keras mewujudkan STMIK STIKOM Bali.
Visi itu pun menjadi visi bersama, didukung masyarakat Bali dan sampai saat ini dengan status barunya ITB STIKOM Bali telah meluluskan ribuan sarjana komputer dan ahli madya komputer.
Tidak ada maksud lain, selain memajukan pendidikan TIK di Bali yang mampu meluluskan SDM yang berkompetensi dalam bidangnya.
Prestasi ini bukan semata milik sendiri, bukan untuk memperkaya diri, namun menjadi prestasi masyarakat Bali dalam berkontribusi untuk pembangunan bangsa.
Dan ketika passion dan kecintaan bersama ini dinodai oleh informasi palsu, dan ujaran kebencian, yang bertujuan merusak kepercayaan, kerukunan, dan toleransi di antara kita, maka izinkanlah saya, atas nama ITB STIKOM Bali, menyampaikan sikap kami.
Poin penting dari pernyataan sikap ini adalah pertama, kegaduhan dari informasi palsu bermuatan adu-domba ini mesti disadari bukan semata-mata ingin menghancurkan nama baik dan prestasi ITB STIKOM Bali,
Namun ditujukan sebagai upaya memecah-belah kebersamaan, kerukunan dan kedamaian di Bali, dan ini sangatlah berbahaya karena bisa menimbulkan konflik di tataran akar rumput; dan kedua Keluarga besar ITB STIKOM Bali mengecam penyebaran hoax bermuatan SARA ini, dan akan menjalankan tanggung jawab moral menjaga NKRI dengan menempuh jalur hukum.
Prof. Bandem mengajak semua lapisan masyarakat berpikir jernih dan menghindari tindakan anarkis.
Ditujukan kepada Keluarga Besar ITB STIKOM Bali, termasuk para alumni yang kini mengabdi di berbagai tempat di Indonesia, Prof. Bandem minta jadikan masalah ini sebagai kesempatan berharga untuk menunjukkan kualitas insan akademis yang menghargai toleransi serta setia kepada Pancasila dan NKRI. (ART/*)