Tabanan, 2/4 (Atnews) - Deputi Ketahanan Pangan dan Sumber Daya Hayati Kementrian Pertanian meninjau perkembangan Sistem Pertanian Terpadu (Sipadu) Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Provinsi Bali.
"Sipadu memiliki konsep mensejahterakan kelompok, terutama dalam pelestarian Sapi Bali yang mampu meningkatkan pendapatan kelompok dua kali lipat dari hasil pengolahan limbah ternak dan integrasi ke bidang pertanian secara luas" kata Asisten Deputi Ketahanan Pangan dan Sumber Daya Hayati Kementrian Pertanian Setio Sapto Nugroho.
Hal itu pengumpulan data dan informasi mengenai perkembangan Sipadu yang dilaksanakan di Simantri 356, Gapoktan Sari Buana, Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Kamis (28/3).
Ia didampingi Kepala Sub Bidang Perkebunan dan Peternakan Gito Kuncoro dan Kepala UPT Pertanian Terpadu Bapak Dr. I Wayan Sunada, S.P.,M.Agb.
Menurutnya, Sipadu juga komplit dilengkapi dengan instalasi biogas yang merupakan sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok untuk memasak, menyalakan lampu, bahkan untuk tenaga listrik dengan genset khusus biogas.
Selain itu juga, perkembangan kegiatan Sipadu 356 ini juga menjadi pelopor munculnya sipadu-sipadu mini oleh masyarakat sekitar.
Selain melihat pertanian organik disekitar areal Sipadu 356, mereka juga melihat budidaya ulat sutra yang sedang dikembangkan oleh kelompok.
Ulat sutra yang dikembangkan oleh kelompok adalah jenis ulat "Samia Cynthia Ricini". Dengan harga jual cukup tinggi yaitu Rp 100.000/kg nya dan juga pupa dari ulat memiliki protein yang tinggi sehingga dapat juga menambah pendapatan kelompok.
Untuk itu, program Sipadu akan diadopsi menjadi kegiatan pusat dan dapat di implementasikan ke daerah-daerah lain di Indonesia.
Sementara itu, Kepala UPT Pertanian Sunada menambahkan, Sipadu 356 sering dikunjungi oleh tamu mancanegara, sehingga kegiatan yang ada di Sipadu 356 dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan asing untuk berkunjung.
"Sipadu juga dapat mengembangkan kegiatannya menjadi tempat agrowisata bagi wisatawan lokal maupun wisawatan asing. Sambil melihat kegiatan pertanian organik, wisatawan asing juga dapat menikmati jus sehat dari sayuran organik yang dibuat oleh Ibu-ibu KWT, sehingga hal ini juga dapat menambah pendapatan dari kelompok" tutupnya. (SIN/ART/ika))