Denpasar, 6/10 (Atnews) - Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menggelorakan perdamaian untuk menghindari perselisihan.
Mengupayakan perdamaian melalui toleransi dan kebersamaan tinggi adalah penting dalam merajut simpul-simpul perbedaan agar menjadi kesatuan.
Sebab, perbedaan yang ada baik itu budaya, agama ,dan kepercayaan hendaknya dijadikan alat pemersatu bangsa.
Hal itu disampaikan ketika Puncak Acara Gema Perdamaian ke-17 bertema "Damailah Bangsaku, Jayalah Negeriku" di lapangan sisi timur Monumen Bajra Sandhi, Denpasar, Sabtu (5/10).
Menurutnya, belakangan ini kondisi bangsa Indonesia sedang menghadapi berbagai persoalan kebangsaan, dimana gerakan separatisme, radikalisme, dan terorisme masih menjadi ancaman bersama.
Selain itu, ada ancaman lain berupa ujaran kebencian, berita bohong, intoleransi, penghinaan terhadap simbol negara, serta mudahnya masyarakat terprovokasi untuk melakukan aksi anarkis dan mengikis nilai-nilai persatuan Pancasila. Apalagi, selama ini Pulau Bali dikenal sebagai Pulau Perdamaian dan Demokrasi serta Pulau Cinta dengan kehidupan masyarakatnya yang semakin heterogen, maka semangat kedamaian harus terus digelorakan .
Ditambahkannya, upaya mengedepankan kedamaian melalui jalan musyawarah pada dasarnya merupakan perwujudan dari visi pembangunan Bali “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”.
Dengan visi tersebut Pemprov Bali mendukung penyelenggaraan simakrama untuk mendengar aspirasi dari masyarakat agar tercapai suatu mufakat baik terhadap kebijakan pemerintah maupun berbagai isu kebangsaan lainnya.
"Kita mengedepankan nilai-nilai cinta kasih, saling menghormati dan toleransi maka kerukunan dan kedamaian akan terwujud. Kita gelorakan terus semangat perdamaian ke seluruh penjuru Nusantara, kita wujudkan persatuan Nusantara. Damai itu indah dan harus kita upayakan," ujarnya.
Sementara itu, dalam sarasehan mini yang mengangkat pendapat sejumlah tokoh akan makna damai, istri Gubernur Bali, Ny Putri Koster, mengungkapkan bahwasannya damai itu dimulai dari diri sendiri dengan mampu berkompromi dengan hal-hal negatif dalam diri dan mengatasi hal terburuk dari diri sendiri.
Makna damai juga disampaikan oleh Ketua Umum Forum Kerukunan Umat Beragama yang sekaligus Bendesa Agung Majelis Desa Adat Provinsi Bali Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet yang menekankan di mana damai dimulai dari diri sendiri dengan mengontrol musuh dalam diri masing-masing.
Di samping itu, rasa cinta kasih, toleransi, dan rasa persaudaraan harus terus dikembangkan dan dipupuk sehingga kerukunan dan kedamaian akan terwujud.
Dalam kesempatan ini, Ny Putri Koster juga membacakan sebuah puisi "Sumpah Kumbakarna" yang memukau serta mendapat apresiasi luar biasa dari para hadirin yang memadati puncak Gema Perdamaian pada Sabtu malam ini. (ART/02)-WK